Laman

Minggu, 07 Oktober 2018

Hikmah Dibalik Bencana




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ تَعَالىَ : أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
Hadirin Jamaah Jum’at rahimakumullah.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan beribu-ribu kenikmatan, terutam nikmat yang paling utama yaitu iman dan Islam, nikmat panjang umur, sehat wal’afiat, sehingga kita bisa berkumpul sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. kepada keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada pengikut-pengikutnya nanti.

Hadirin kaum muslimin rahimakumullah

Kita sudah mengetahui bahwa setiap jatuh bulan Januari, Februari, bahkan sampai Maret biasanya negeri kita ini selalu dilanda musim hujan. Tentu saja kalau musim hujan turun, maka banyak daerah-daerah yang terkena banjir, longsor. Akibatnya akan timbullah berbagai gejala penyakit, akibat dampak dari terjadinya banjir, seperti penyakit demam berdarah, gatal-gatal, diare dan lain-lain sebagainya.
Kalau kita melihat fenomena-fenomena alam yang terjadi saat ini, terasa sangat extrim. Tentu kalau kita introspeksi diri, kenapa kejadian-kejadian alam yang saat ini sangat extrim sering terjadi di negeri ini, tentn semua ini ada sebab akibatnya. Dulu kita sering melihat banjir hanya di kota-kota besar saja, tetapi sekarang dimana-mana kita sering melihat, bahkan hampir semua daerah yang ada di Indonesia dilanda banjir dan tanah longsor. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang pada saat ini tengah tertimpa musibah. Mudah-mudahan mereka diberi kekuatan mental, dan fisik dalam menghadapinya. Semoga mereka diberi kekuatan keimanan dan tawakal kepada-Nya. Sebab tak sedikit orang yang merasa putus asa, frustasi, tatkala musibah/bencana alam menimpa. Tidak  sedikit pula orang yang tiba-tiba menjadi kufur tatkala bencana/musibah mendera mereka. Kesabaran, ketawakalan, dan keyakinan kapada ketentuan Allah SWT. menjadi sirna dari dirinya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Orang yang arif adalah orang yang menyakinkan bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apapun yang Ia turunkan, termasuk musibah/bencana alam didalamnya, sudah barang tentu mengandung hikmah dan tujuan yang baik bagi kehidupan hamba-Nya. Tak satupun yang Ia turunkan akan merugikan bagi hamba-hamba-Nya. Semua mengandung hikmah bagi kehidupan hamba-hamba-Ny. Terlebih-lebih bagi seorang mukmin yang taat.
Bahkan Nabi SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya sebagai berikut:”sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaan baginya menjadi kebaikan, dan tidak akan terjadi hal seperti itu, kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur, bersyukur itu lebih baik baginya. Apabila ia ditimpa musibah, ia bersabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya” 
Kaum Muslimin Rohimakumullah!! Bagi seorang mukmin, musibah atau bencana alam merupakan ujian yang menjadi batu loncatan             bagi peningkatan kualitas keimanannya kepada Allah. Semakin arif dan sabar dalam menghadapinya semakin tinggilah kualitas keimanannya dan semakin dekat dirinya kepada Allah. Tidaklah mengherankan jika segala jeritannya senantiasa didengar Allah. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin tinggi pula ujian yang akan Allah berikan kepadanya. Bahkan Allah menjelaskan dalam Surat: Al-Ankabuut (29) ayat: 2-3 sebagai berikut:
 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣

“apakah manusia itu mengira bahwa mereka itu akan dibiarkan begitu saja mengatakan,“kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?”dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta

Berkenaan dengan sering terjadinya bencana alam/musibah akhir-akhir ini, alangkah baik kita menyimak kata-kat yang penuh makna yang diungkapkan oloh seorang ulama Sufi yang bernama Syeikh Ibnu Athoillah: ”Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa dkata-kata, karena itulah Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya (berupa musibah) untuk memudahkanmu cara meninggalkannya”.
Sementara itu Imam Al-Junaidi mengatakan: “musibah merupakan lampu penerang bagi orang yang arif, sebuah keterjagaan bagi para pemula dan sebuah pembinasaan bagi orang yang lalai”.
            Apapun bentuk musibah/bencana alam yang menimpa sesorang atau negeri kita saat ini adalah merupakn nasehat dan peringtan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bila ia seorang yang taat, musibah/bencana merupakan nasehat dari Allah agar semakin meningkatnya muraqqobah kepada-Nya, kesabaran, ketawakalan dan keimanan. Bila ia seorang ahli maksiat, musibah yang menimpanya merupakan peringatan untuk segera kembali ke jalan yang lurus yang telah digariskan-Nya.

Hadirin Kaum muslimin Rohimakumullah

            Mari kita pikirkan bersama-sama, adanya musibah atau bencana…...salah siapakah ini? Saat ini bencana melanda dimana-mana, banjir tanah longsor, hingga ratusan nyawa menjadi korban, harta benda musnah. Siapakah yang patut dituding atas terjadinya semua ini? Mari kita pikirkan, mari kita cegah, mari kita mewaspadai atas sering terjadinya musibah/bencana alam akhir-akhir ini. Bumi yang semakin panas dampak dari manusia sendiri yang kurang sadar terhadap alam. Lihat saja pembabatan hutan dimana-mana, dan menjadikannya kebun tempat tumbuhnya pabrik-pabrik dan gedung-gedung megah. Pemakaian AC atau pendingin ruangan yang semakin meluas, dan sektor lain yang membutuhkan begitu besar energi. Dan akhirnya menghasilkan energi panas, yang makin hari makin membakar planet tempat dimana kita berpijak. Ambil contoh banjir tiap tahun semakin parah, dan mayoritas orang akan berkata: ini bencana alam cobaan dari Allah, dan sedikit yang menyadari bahwa ini semua hasil ulah dari kita sendiri, dan kita juga korbannya.
            Hujan yang semakin besar curahnya, adalah efek dari penguapan air laut. Ingat kembali pelajaran IPA, hujan terjadi karena penguapan air laut oleh matahari, dan arena bumi semakin panas, es di 2 (dua) kutub bumipun meleleh, dan menambah volume air laut. Oleh Karena bumi yang panas pula lapisan atmosfir menipis, hingga panas matahari yang terpantul ke bumi berganda suhunya. Semakin kuat  menguapkan air laut dan mencurahkannya ke bumi sebagai hujan. Sadarkah kita bagaimana semrawutnya cuaca dibumi, musim kemarau dan hujan yang datang tak tentu waktu. Itupun pertanda udara tak mampu lagi menahan uapan air laut, dan mencurahkannya sewaktu-waktu tanpa peduli musim. Dan akhirnya curah hujan yang berganda, banjir tak dapat dielakkan. Tanah longsor akibat hujan yang besar dan rentannya tanah karena hilang penyanggahnya yaitu akar-akar pohon, yang habis ditebang secara illegal oleh sekelompok manusia yang tidak bertanggungjawab. Mari kita cegah bencana alam/musibah ini dengan cara kita harus sadar dan peduli terhadap lingkungan semesta alam diiringi dengan keimanan & ketakwaan kepada Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَاأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.


Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Kesalehan Sosial dan Ritual






السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Puji Syukur kita panjatkan ke hadhirat Ilahy Rabby, atas Qudrot dan Irodat-Nyalah saat ini kita mampu untuk menjalankan salah satu kewajiban kita yaitu Sholat Jumat berjamaah. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Panutan manusia yaitu Nabi agung Muhammad SAW. Juga kepada para keluarganya, sahabatnya termasuk kita semua selaku ummatnya. Marilah pula kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu meningkatkan amalan-amalan kita yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi yang dilarang-Nya.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Islam adalah agama multidimensi. Dalam Islam terkandung ajaran tentang aqidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalah yang kesemuanya secara serempak mesti dipegang dan  diamalkan penganut Islam tanpa boleh di kapling-kapling, sehingga totalitas dari keempat unsur di atas akan membentuk pribadi seorang muslim. Artinya saat seorang muslim diperintah untuk beribadah (dalam arti sempit) dengan sebaik- baiknya, saat itu pula ia sesungguhnya juga dituntut untuk berakhlak baik dan menjaga hubungan sosial kemasyarakatan dengan baik pula.  Sebaik hubungan dirinya dengan Tuhan, maka sebaik itu pula hendaknya ia menjaga hubungan dengan sesamanya. Dalam konteks inilah, kesalehan ritual seyogyanya harus berbanding lurus dengan kesalehan sosial.
Karenanya, komitmen keislaman seseorang tidaklah cukup hanya dalam bentuk syahadat lisan atau keyakinan dalam hati, tetapi juga ia harus terealisasi dalam bentuk amaliyah sehari- hari dan dari waktu ke waktu. Setiap apa yang dilakukan seorang muslim, hendaknya mencerminkan identitas keislaman yang total dan integral. Allah Swt berfirman dalam Al Baqoroh 208 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨

“Hai orang- orang yang beriman, masuklah kamu dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkag- langkah syaitan, sesungguhnya syaiton itu musuh yang nyata bagi mu”.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Dalam Islam diatur bagaimana seorang muslim berprilaku, mulai dari persoalan domestik yang remeh hingga persoalan yang memiliki derajat urgensi yang tinggi. Saat seseorang hendak makan misalnya, maka ia diperintahkan untuk membaca Basmalah dan berdo’a, lalu menggunakan tangan kanannya. Yang pertama menunjukkan unsur aqidah, sedangkan yang kedua merupakan unsur akhlaq. Dengan demikian ada keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Dalam hal ini tidak ada skala prioritas, dalam arti mana yang harus didahulukan ; hubungan dengan Allah atau hubungan dengan sesama. Sebagai sebuah ilustrasi dalam sebuah hadits Rosulullah juga bersabda  tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia” . Di sini Rosulullah SAW. menegaskan keterkaitan syukur kepada Allah dengan bersyukur kepada sesama.

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dalam realitas sosial, kadang-kadang masih terdapat pemahaman bahwa hubungan dengan Tuhan ( Hablun Min Allah) jauh lebih penting ketimbang hubungan dengan sesama manusia ( Hablun Min an nas), dosa kepada Tuhan lebih besar hukumannya ketimbang dosa kepada manusia. Akibatnya, orang sering memberikan tekanan yang sangat tinggi terhadap kewajiban Shalat, puasa dan haji, tetapi seringkali abai terhadap persoalan kejujuran, menganggap dosa meninggalkan Shalat lebih besar daripada melakukan korupsi dan kebohongan publik. Bukankah pelaku tindakan korupsi di negara kita ini, didominasi oleh mereka yang relatif taat secara ritual bahkan di antaranya bergelar “Haji”? Kita juga masih sering menemukan fakta,  orang yang pada saat melakukan ibadah ritual demikian totalnya, tetapi menutup mata terhadap ketimpangan sosial yang terjadi di depan matanya. Begitu juga sebaliknya, ada sebagian kelompok yang begitu konsern terhadap masalah ketimpangan sosial, pemberdayaan masyarakat tertindas dan problem sosial lainnya tetapi menganggap ibadah ritual, mahdhoh sebagai sesuatu yang sangat privat sehingga tidak perlu dibicarakan di ranah paublik.
Manusia adalah mahluk yang mempunyai fungsi ganda. Dalam hubungannya dengan Allah dia adalah ‘abid , yaitu hamba yang harus tunduk dan patuh kepada Tuhan, dan dalam hubungannya dengan sesamanya ia adalah Khalifah. Fungsi sebagai ‘abid  harus dilaksanakan seiring dengan fungsi kekhalifahan, tanpa boleh ada yang harus didahulukan dan dikemudiankan.
Semoga Allah SWT. selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik, sehingga kita menjadi muslim yang shaleh secara ritual dan secara sosial.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَحْنُ لَهُ تَابِعُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، صَلِّ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، رَحِمَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِ وَالْعَلَنَ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَأَطِيْعُوْهُ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَيَّهُاَ الْمُؤْمِنُوْنَ، أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ تَقْدِيْمًا وَبَدَأَ بِنَفْسِهِ تَعْلِيْمًا، وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

MEMBUMIKAN PESAN MORAL SUNAN GUNUNGJATI




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT.. yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan yang apabila kita ingin menghitungnya niscaya tidak akan sanggup untuk menghitungnya.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.. beserta keluarga, shahabat dan kepada orang-orang yang mengikuti jejak beliau dengan baik sampai akhir zaman.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Setiap tanggal 2 April  masyarakat Kabupaten Cirebon mengadakan syukuran Peringatan hari jadi Kabupaten Cirebon. Berbagai acarapun digelar dalam rangka memeriahkan hari jadi tersebut, mulai dari pagelaran seni budaya, olah raga, hiburan rakyat, ziarah kubur ke makam Sunan Gunungjati, sampai dengan pengajian dan do’a bersama untuk keselamatan masyarakat Kabupaten Cirebon.
Dalam usianya yang ke-528, masyarakat Kabupaten Cirebon berharap banyak kepada Kepala Daerah dan wakil rakyat agar selalu memperjuangkan daerah yang dijuluki Kota Wali ini agar tetap subur, makmur, dan semakin sejahtera sebagaimana kejayaan Cirebon pada masa lalu.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sebagaimana kita tahu, bahwa Cirebon mempunyai sejarah masa lampau yang cukup cemerlang sehingga terkenal di se-antero Ibu Pertiwi. Seorang tokoh yang telah berhasil mengislamkan Cirebon khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, Beliau adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih masyhur dengan sebutan Kanjeng Sunan Gunung Jati. Ketika masih hidup dan memimpin Cirebon, Beliau berwasiat kepada masyarakat Cirebon “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin.” Dengan konsep kepemimpinan inilah, sehingga masyarakyat Cirebon aman, damai, sejahtera, subur dan makmur.
Dengan demikian, apabila warga Kabupaten Cirebon menginginkan daerah ini aman, sejahtera masyarakatnya (ekonomi, pendidikan, kesehatan terpenuhi), subur tanahnya dan makmur kehidupan rakyatnya, maka seyogyanya melaksanakan wasiat atau petatah-petitih sang Waliyullah tersebut, yakni “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin.”
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam menyambut hari jadi Kabupaten Cirebon ke 528 tahun 2010 diharapkan agar seluruh warga masyarakat memahami dan mampu membumikan (mengaktualisasikan) apa makna sesungguhnya di balik wasiat “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin” sehingga Beliau berhasil memimpin Cirebon. Dalam khuthbah jum’at ini akan diuraikan secara jelas pemahaman makna dari wasiat kanjeng sinuhun, sebagai berikut:
Pertama, Ingsun titip Tajug. Beliau berpesan agar wong Cerbon selalu memelihara Tajug. Tajug adalah masjid tempat umat Islam melakukan ibadah ritual (Mahdhoh) seperti sholat lima waktu : Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Kapan, di manapun, dan dalam keadaan apapun wong Cerbon, jangan pernah meremehkan, apalagi melupakan tajug. Tajug harus dimakmurkan dengan kegiatan ibadah ritual seperti sholat dan dzikir dan ibadah sosial seperti pemberdayaan umat melalui pendidikan Madrasah Diniyah, Majelis Ta’lim, TKQ/TPQ, Keaksaraan Fungsional, juga melalui pengembangan ekonomi ke-umatan. Tentu saja harus diawali oleh para Wakil Rakyat, Bupati dan jajarannya termasuk para Kepala Dinas yang ada di bawahnya. Bagaimanapun juga mereka itu adalah seorang Imam yang harus diikuti dan diamini segala program dan aksinya oleh makmum/rakyat.
Pada masa Khulafaur Rosyidin, Abu Bakar As-Shidiq kenapa terpilih oleh para shahabat lainnya sebagai khalifah/pengganti Rasulullah SAW..? Karena didasarkan kepada suatu peristiwa ketika Rasulullah SAW. tidak bisa berangkat ke masjid beberapa hari (sebab sakit), lalu Beliau menyuruh Abu Bakar As-Shidiq untuk menjadi Imam Masjid sebagai pengganti-Nya. Berdasarkan dari kepemimpinan sholat dan manajement masjid inilah Abu Bakar terpilih sebagai seorang pemimpin pengganti Rasulullah SAW. Dan ternyata dia sukses mengemban tugas ini, sehingga Islam berkembang sangat cepat sampai ke luar negeri Arab.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hikmah apa yang dapat dipetik dari kepemimpinan sholat dan manajemen masjid? 1) Kedisiplinan waktu dalam menjalankan tugas. Bisa dilihat, bagaimana giatnya umat Islam menjalankan ibadah sholat, bila waktu telah tiba, baik di waktu siang maupun malam. Karena sholat harus didirikan tepat pada waktunya, begitu kata firman Allah SWT. dalam Kitab Suci Al-Qur’an.
فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Juga disiplin dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi antara Imam dan Makmum. Kewajiban makmum adalah mengikuti program dari kebijakan seorang Imam. Maka jika Imam berdiri, makmum juga harus berdiri. Imam sujud, makmum juga harus sujud. Begitu juga jika Imam duduk, makmum juga harus duduk dan seterusnya.
 Belajar dari sholat inilah seorang pemimpin dan yang dipimpin harus disiplin waktu dalam menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Kedisiplinan saja tidak cukup, maka harus dibarengi dengan yang ke 2) Tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Orang yang sholat sangat bertanggung jawab, karena kelak sholatnya itu akan dimintai pertanggungjawaban pada hari akhir nanti. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW., bahwa amal yang paling pertama ditanya pada hari kiamat adalah sholat, bila sholatnya baik maka baiklah amalan yang lain. Bila sholatnya jelek maka jeleklah amalan yang lain. Seorang pemimpin harus bertanggung jawab kepada rakyatnya, dengan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ini terlihat dalam sholat, ketika Imam harus bertanggungjawab kepada para jama’ahnya sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. 3) Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Di dalam sholat diajarkan agar setiap orang Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, hal ini bisa dirasakan ketika seseorang melaksanakan sholat, ia tidak berani sedikitpun untuk mengurangi atau menambahi roka’at sholat. Inilah perwujudan dari nilai-nilai kejujuran. Kejujuran seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk mensejahterakan rakyatnya. Krisis multidimensi yang melanda negeri ini disebabkan karena hilangnya nilai-nilai kejujuran di kalangan para pemimpin. 4) Bekerjasama. Ibarat mendirikan sebuah bangunan, diperlukan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak agar bangunan itu bisa selesai dengan sempurna. Begitu halnya dengan mendirikan sholat berjama’ah, diperlukan juga kerja sama antara Muadzin, Imam dan Ma’mum. Seorang pemimpin tidak ada apa-apanya tanpa adanya kerjasama dengan bawahannya. 5) Menegakkan keadilan. Bagi jama’ah shalat yang datang lebih dulu maka barisannya (shaf) menempati jajaran paling depan. Sedangkan bagi jama’ah yang datangnya terlambat harus menempati jajaran paling belakang. Ketika Imam sujud, semua jama’ah (ma’mum) wajib sujud apapun status sosialnya di masyarakat. Demikian juga ketika Imam berdiri, ruku, atau gerakan shalat lainnya, dalam keadaan apapun, ma’mum wajib mengikuti Imam. Termasuk keadilan dalam sholat lainnya adalah adanya perlakuan dispensasi (rukhshah). Seperti halnya ketika seseorang mau melakukan perjalanan jauh, maka ia boleh melaksanakannya dengan dijama’ (digabungkan 2 sholat : Zhuhur dengan Asar dan Magrib dengan Isya’) atau bisa saja dengan menggunakan Qashar (meringkas empat roka’at menjadi rua roka’at). Seorang pemimpin tidak boleh tebang pilih dalam mengambil kebijakan. Walaupun ketika Pemilihan Umum atau Pilkada, ada beberapa wilayah yang tidak memilihnya, maka ketika menjadi seorang Wakil Rakyat atau Kepala Daerah dan wakilnya, tidak boleh memarjinalkan wilayah tersebut. Jadi harus bersikap adil dan tidak ada diskriminatif. 6) Mempunyai visi ke depan. Visi di dalam sholat adalah Assalam (kesejahteraan dan kedamaian). Seorang pemimpin harus bisa dan mampu mensejahterakan rakyat dan menjadikan daerahnya aman dan damai sehingga masyarakat kondusif. 7) Mempunyai kepedulian yang tinggi.  Imam harus melihat dan mendengar keadaan jamaahnya. Lafadz “Amiin” diucapkan ma’mum adalah symbol suara rakyat harus didengar. Sedangkan lafadz “salam” dengan menengokkan kepala ke kanan dan ke kiri adalah symbol seorang pemimpin harus bisa melihat keadaan rakyatnya (peduli). Setelah melihat dan mendengar lalu bagaimana solusinya memecahkan problematika sosial ini. 8) Demokrasi harus dipelihara. Ketika Imam itu salah atau lupa dalam gerakan sholat, lalu ma’mum mengingatkannya dengan bacaan “Subhanallah” maka Imam harus memperhatikan aspirasi ma’mum. Begitu pula kalau Imam itu lalai dalam salah satu bacaan shalat dan makmum mengingatkannya, maka Imam harus introspeksi diri dengan cara sujud sahwi. Seorang pemimpin tidak boleh menutup mata dan telinga, harus bisa menerima apabila dikritik atau diingatkan oleh rakyatnya. Jangan lupa, seorang pemimpin juga manusia: bisa benar, dan bisa juga salah.
Tajug adalah simbol kesinergian antara hamba dengan Tuhannya dengan istilah al-Qur’annya hablum minallah. Karena walaupun bagaimanapun hidup di dunia ini tanpa Allah tidak ada apa-apanya.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kedua, ingsun titip fakir miskin. Fakir miskin adalah simbol kesinergian hubungan antara sesama manusia (hablum minannas). Prioritas program utama para pemimpin daerah saat ini adalah mengentaskan kemiskinan dengan cara memperbanyak lapangan pekerjaan: bangkitkan kembali industri rotan, batik, sandal dan pertanian agar tidak banyak yang menganggur. Prioritas kedua adalah menstabilkan Ekonomi Kerakyatan: turunkan harga minyak dan sembilan bahan pokok makanan. Prioritas ketiga adalah pendidikan dan kesehatan gratis untuk wong cilik. Prioritas keempat adalah renovasi Rumah Tidak Layak Huni bagi warga miskin. Apabila wasiat Kanjeng Sinuhun ini benar-benar dilaksanakan oleh para pemimpin saat ini, Insya Allah kabupaten Cirebon menjadi kabupaten yang Baldatun Thayibatun wa rabbun ghofuur (Daerah yang subur, makmur, aman, sejahtera, dan dalam ampunan Allah). Sebaliknya bila pesan tersebut diabaikan, maka bersiap-siaplah menyambut datangnya musibah dan kehinaan. Seperti diungkapkan dalam al Qur’an :

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
“Mereka ditimpa kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia” (Q.S Ali Imron : 112).
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Demikian, semoga dengan membuminya Pesan Moral Sunan Gunungjati di hari jadi ke-528 ini Kabupaten Cirebon semakin berprestasi di segala bidang pembangunan. Amiiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


Khutbah Kedua

 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَيُّهاَ الّنَاس, اتَّقُوا اللهَ, اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ تعالى: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ . رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْن . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

PESAN BERQURBAN: MENINGKATKAN KESALEHAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT CIREBON SEJAHTERA



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3  اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ .اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Hadhirin wal Hadhirat rahimakumullah
Pada saat yang berbahagia ini, marilah kita sama – sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketahuilah bahwa hari ini adalah hari yang utama dan hari raya yang agung, sebab pada hari ini, seluruh jamaah haji berada di Mina untuk menyempurnakan Manasikul hajji dan mendekatkan diri kepada Allah, serta meneruskan syari'at Nabi Ibrahim AS., yakni Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT. untuk menyembelih putera beliau, Nabi Ismail AS.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW., kepada para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutNya sebagaimana telah diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim As dan keluarganya yang kita kenang pada hari-hari ini.

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Hari Raya ’Idul Adha mengingatkan kembali satu peristiwa sejarah Nabi Ibrahim AS. dan Keluarganya dalam memperjuangkan Kalimat Tauhid dengan penuh ketaqwaan kepada Allah SWT.
Pada saat itu beliau dihadapkan kepada dua pilihan yang sama beratnya, yaitu antara kepentingan keluarga, dalam hal ini Nabi Isma’il As., putra satu-satunya yang amat disayanginya, dengan perintah Allah SWT. yang harus dijunjung tinggi dan dita’ati di atas segalanya.
Namun berkat keimanan dan ketaqwaan yang semakin teguh, demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim As. sebagai seorang ayah yang penuh rasa cinta dan kasih sayang, maka di sampaikannya perintah Allah SWT. itu dengan kata-kata yang penuh diplomatis kepada putranya Nabi Isma’il As., sebagaimana terungkap dalam surat Ash Shaaffaat ayat:102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"

Karena Nabi Isma’il As., seorang anak yang saleh dan patuh kepada orang tuanya serta tumbuh dalam belaian iman da taqwa, maka dengan penuh keikhlasan, secara sepontan langsung menjawab pertanyaan ayahandanya, sebagaimana terungkap dalam lanjutan ayat tersebut :

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS., dalam ajaran Islam telah dijadikan dasar syari’at berqurban, untuk dilaksanakan oleh kaum muslimin sebagai tanda kesediaan untuk memberikan pengorbanan dan pengabdian kepada Allah SWT. yaitu dengan menyembelih hewan ternak, yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin yang ada di sekitar kita.
Secara lebih luas ibadah qurban, bisa dijadikan ukuran bagi setiap muslim, sampai sejauhmana kesediaan kita untuk berqurban demi pengabdian kita kepada Allah SWT. Dan Allah SWT. tidak akan menerima hewan qurban yang kita potong, kecuali dengan niat yang tulus ikhlas. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al Hajj ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَ‌ٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“ Daging-daging qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.



Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Perintah berqurban pada hakekatnya, memiliki jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu sebagai anjuran agar kita dapat berbuat dan beramal kepada saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan dari kita. Makna qurban dapat kita kembangkan dengan pola bagaimana mengangkat saudara-saudara kita dari lembah kemiskinan, yang semakin hari jumlahnya semakin bertambah.
Jika pola ini dikembangkan, insya Allah pada saatnya nanti dapat mengentaskan kemiskinan di masyarakat kita. Para orang kaya hendaknya berbuat yang terbaik, untuk mengangkat derajat taraf kehidupan kaum dhu’afa, yang sebagian besar terdiri dari kaum muslimin.
Itulah sebenarnya hakekat berqurban menurut ajaran Islam; yang kuat membantu yang lemah, dan yang lemah dapat memanfaatkan bantuan tersebut disamping untuk dirinya, juga untuk orang lain.
Karena sesama kaum muslimin, laksana suatu bangunan yang kokoh, antara satu sama lain saling memperkuat, sehingga bangunan tersebut tidak mudah goyah.

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Tujuan berqurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Penyembelihan hewan qurban yang dilaksanakan oleh kita, sebenarnya hanya merupakan simbol, sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Oleh karena itu sebenarnya berqurban itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan kemampuan dan potensi yang ada pada diri kita masing-masing.
Seorang pejabat berqurban dengan jabatannya, karyawan berqurban dengan tugas yang dibebankan kepadanya, orang kaya berqurban dengan hartanya, kaum dhu’afa berqurban dengan kemiskinannya, dan lain sebagainya.
Seorang pejabat misalnya, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., bisa berqurban dengan jabatannya, bila di lingkungan pekerjaannya melihat suatu hal yang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT., ia akan rela  meletakan jabatannya  atau dimutasikan ke jabatan yang lebih rendah atau yang lebih jelek, daripada ia harus tetap memegang jabatan itu, tetapi ketentuan Allah SWT. tidak bisa ditegakkan.
Seorang karyawan, bila melihat atasannya bertentangan dengan ketentuan Allah SWT., ia harus berani mengingatkan atasannya itu, walaupun dengan resiko ia harus dipecat atau dimutasikan ke tempat yang lebih jelek. Namun tentu saja ketika mengingatkan atasannya itu dengan cara yang sopan menurut ketentuan ajaran Islam, yaitu dengan memperhatikan akhlakul karimah, bukan dengan cara-cara yang sadis dan tidak terpuji.
Seorang ulama atau cendekiawan, bila melihat umat yang dilanda kebodohan, dia pergunakan ilmu yang dimilikinya untuk meningkatkan kecerdasan bangsa ini. Kita tahu bahwa kebodohan adalah merupakan penyakit masyarakat dan hal ini menjadi tanggungjawab para ulama dan cendekiawan untuk mengatasinya.
Seorang hartawan sudah jelas, ia berqurban dengan harta yang dimilikinya, namun bukan hanya dalam bentuk hewan penyembelihan saja, tetapi lebih dari itu ia harus punya rasa kepedulian sosial kepada kaum dhu’afa, untuk mengangkat derajat dan martabat mereka, dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang melanda masyarakat Kab.Cirebon saat ini.
Seorang dhu’afa sekalipun, dapat berqurban dengan kemiskinannya. Kemiskinan bukan menjadi halangan dan beban dalam kehidupan masyarakat, namun dengan kemiskinannya ia harus mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT., yaitu dengan jalan mensyukuri kenikmatan miskin. Dengan kemiskinannya, ia lebih banyak waktu untuk beribadah kepada Allah SWT., karena tidak disibukkan untuk mengurus harta benda. Itulah sejatinya hakekat berqurban secara luas.

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa lillahil Hamd
Dengan demikian, bahwa ibadah qurban mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kepedulian kepada sesama, sesuai dengan profesi, status, dan potensinya di masyarakat. Apabila ruh berqurban sudah dijiwai oleh masyarakat, insya Allah kesalehan sosial masyarakat Kabupaten Cirebon akan terwujud dalam rangka menuju masyarakat yang sejahtera, bahagia di dunia dan akhirat. Amiin
بارك الله لى ولكم بالايات والذكر الحكيم  ونفعنى وإيّاكم وتقّبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم وقل ربّ اغفر وارحم وانتخيرالراحمين

Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ini dengan sama-sama berdo'a dengan harapan, Allah SWT. berkenan memudahkan segala urusan yang kita hadapi dan dicarikan jalan keluar dari berbagai persoalan yang menyelimuti kehidupan mayarakat Kabupaten Cirebon. Amiin ya rabbal ’alamiin:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَا لِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صَغِيْرًا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَةِ وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَةِ.اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ. اللَّهُمَّ اَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِىاْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلأَخِرَةِ.اَللَّهُمَّ اَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَوَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.