Laman

Minggu, 04 November 2012

HIJRAH DARI MUSHIBAH



Oleh : Saeful Malik, S.Ag. MBA *
Jika kita memperhatikan informasi yang diberikan media massa saat ini baik elektronik maupun cetak, dipenuhi dengan informasi mengenai bencana alam yang tengah melanda bumi pertiwi. Dimulai dari pemberitaan mengenai hancurnya Jembatan Kutai Kertanegara, Banjir, gempa dan Meletusnya beberapa gunung di wilayah Timur Indonesia. Ribuan orang dinyatakan meninggal dan hilang, ribuan ekor binatang ternak mati, ribuan rumah hancur dan puluhan ribu orang menjadi pengungsi di tempat-tempat yang dianggap aman dari lokasi bencana.
Mengungsi dalam bahasa Arab bermakna hijrah, karena arti hijrah adalah pindah atau migrasi ke tempat yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline versi 1) hijrah berarti berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik karena alasan tertentu (keamanan, keselamatan dan lain-lain).
Dalam sejarah Islam, hijrah merupakan proses yang senantiasa dilakukan oleh para Nabi. Kita bisa melihat sejarah Nabi Musa AS. yang berhijrah sampai membelah sungai Nil ketika dikejar-kejar balatentara Firaun. Atau sejarah Nabi Yunus AS. Yang berhijrah sampai dimakan ikan. Dan sejarah Nabi Muhammad SAW. yang berhijrah dari Makkah ke Madinah yang tanggal kejadiannya dijadikan sebagai awal sistem penanggalan hijriyah. Spirit dari semua peristiwa hijrah tersebut adalah merupakan suatu proses transformasi progresif, yaitu suatu proses menuju kepada segala sesuatu yang lebih baik.
Begitupun dalam keadaan bencana, orang-orang disekitar lokasi bencana berhijrah ke tempat yang lebih baik. Sebab jika hanya berdiam diri maka keadaannya akan lebih buruk dan nyawa taruhannya. Proses tersebut disebut dengan hijrah makaniyah. Sebab menurut sebagian ulama, hijrah terbagi dua, hijrah makaniyah dan hijrah ma’nawiyah. Hijrah makaniyah adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain.  Seperti digambarkan pada kebanyakan ayat-ayat tentang hijrah. Diantaranya, “Dan siapa yang berhijrah di jalan Allah (untuk membela dan menegakkan Islam), niscaya ia akan dapati di muka bumi ini tempat berhijrah yang banyak dan rezki yang makmur. Dan siapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia mati (dalam perjalanan), maka sesungguhnya telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”(Q.S.  An-Nisa : 100). Sedangkan hijrah secara ma’nawiyah ditegaskan dalam firman Allah SWT. “Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku senantiasa berhijrah kepada Tuhanku; sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Ankabut:26). “Dan perbuatan dosa meninggalkanlah.” (Q.S. Al-Muddatsir : 5).
Sedangkan arti hijrah secara ma’nawiyah dalam konteks bencana adalah merubah sikap dan tindakan serta keyakinan dari hal-hal yang akan menimbulkan bencana kepada hal-hal yang mencegah bencana itu terjadi. Allah SWT. menekankan dalam beberapa firman-Nya, bahwa setiap bencana yang terjadi tidaklah semata-mata kehendak-Nya, melainkan akibat dari berbagai perbuatan manusia. Seperti pada firman-Nya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar” (Q.S. Ar-Ruum : 41). “... (azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Nya.(Q.S. Ali Imron : 182). Dan banyak lagi keterangan-keterangan baik dari Al Quran maupun hadits-hadits yang memperkuat pernyataan tersebut.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita baik yang terkena bencana maupun yang tidak terkena bencana sebagai proses defensif agar bencana tersebut tidak menimpa kita, untuk berhijrah ma’nawiyah, yaitu melakukan proses perubahan baik i’tiqad (keimanan), maupun perbuuatan dari hal-hal yang dapat mengundang bencana kepada yang dapat menghindarkan diri kita dari bencana.
Banyak ayat-ayat Al Quran yang menawarkan solusi agar kita terhindar dari bencana, diantaranya :
1.      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat- ayat Kami itu, maka Kami akan siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Q.S. Al-A’raf : 96).
2.      Bersyukur atas berbagai limpahan nikmat dan karunia yang telah Allah SWT.berikan, dengan cara banyak menyebut asma Allah dan memuji-Nya, menyalurkan dan mempergunakan karunia tersebut di jalan yang diridhai Allah SWT. Allah SWT. berfirman, “Mengapa Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui” (Q.S. An-Nisaa : 147)
3.      Bertaubat dan banyak beristighfar, dengan cara banyak membaca istighfar, menjauhi dan tidak melakukan perbuatan dosa dan maksiat, tidak mengulangi perbuatan dosa dan salah yang pernah dilakukan. Allah SWT. berfirman, Dan Allah sekali-sekali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka beristighfar (meminta ampun)” (Q.S. Al-Anfal: 33)
4.      Senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan dzalim kepada orang lain. Sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat baik” (QS. Huud: 117), “…Dan tidak pernah pula Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman” (QS. Al-Qashas: 59).
Tentunya kita sangat yakin, bahwa semua yang termaktub dalam firman-firman-Nya itu merupakan janji Allah SWT, yang tidak akan pernah diingkari-Nya. Oleh karena itu, marilah kita beristighfar dan ber-istighatsah, memohon ampunan dan pertolongan-Nya, serta senantiasa bersyukur dan berbuat kebaikan. Marilah kita hadapkan hati kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Marilah kita tundukkan kepala kita, kita sujudkan hati kita, kita ulurkan tangan kita. Mari kita bersimpuh menghadapkan seluruh wajah kita kepada Dia Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan. Agar kita dijauhkan dan dihindarkan dari segala bencana yang tentunya kita tidak ingin menerimanya. Amien.
*) Penulis : Penyuluh Agama Islam Kec. Beber Kab. Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar