Oleh : Saeful Malik,
S.Ag. MBA *
Jika kita memperhatikan informasi
yang diberikan media massa saat ini baik elektronik maupun cetak, dipenuhi
dengan informasi mengenai bencana alam yang tengah melanda bumi pertiwi.
Dimulai dari pemberitaan mengenai hancurnya Jembatan Kutai Kertanegara, Banjir,
gempa dan Meletusnya beberapa gunung di wilayah Timur Indonesia. Ribuan orang
dinyatakan meninggal dan hilang, ribuan ekor binatang ternak mati, ribuan rumah
hancur dan puluhan ribu orang menjadi pengungsi di tempat-tempat yang dianggap
aman dari lokasi bencana.
Mengungsi dalam bahasa
Arab bermakna hijrah, karena arti hijrah adalah pindah atau migrasi ke tempat
yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline versi 1) hijrah
berarti berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke
tempat lain yang lebih baik karena alasan tertentu (keamanan, keselamatan dan
lain-lain).
Dalam sejarah Islam,
hijrah merupakan proses yang senantiasa dilakukan oleh para Nabi. Kita bisa
melihat sejarah Nabi Musa AS. yang berhijrah sampai membelah sungai Nil ketika
dikejar-kejar balatentara Firaun. Atau sejarah Nabi Yunus AS. Yang berhijrah
sampai dimakan ikan. Dan sejarah Nabi Muhammad SAW. yang berhijrah dari Makkah
ke Madinah yang tanggal kejadiannya dijadikan sebagai awal sistem penanggalan
hijriyah. Spirit dari semua peristiwa hijrah tersebut adalah merupakan suatu
proses transformasi progresif, yaitu suatu proses menuju kepada segala
sesuatu yang lebih baik.
Begitupun dalam keadaan
bencana, orang-orang disekitar lokasi bencana berhijrah ke tempat yang lebih
baik. Sebab jika hanya berdiam diri maka keadaannya akan lebih buruk dan nyawa
taruhannya. Proses tersebut disebut dengan hijrah makaniyah. Sebab
menurut sebagian ulama, hijrah terbagi dua, hijrah makaniyah dan hijrah
ma’nawiyah. Hijrah makaniyah
adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Seperti digambarkan pada kebanyakan ayat-ayat
tentang hijrah. Diantaranya, “Dan siapa yang berhijrah di jalan Allah (untuk
membela dan menegakkan Islam), niscaya ia akan dapati di muka bumi ini tempat
berhijrah yang banyak dan rezki yang makmur. Dan siapa yang keluar dari
rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia mati
(dalam perjalanan), maka sesungguhnya telah tetap pahala hijrahnya di sisi
Allah. Dan
(ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”(Q.S. An-Nisa : 100). Sedangkan hijrah
secara ma’nawiyah ditegaskan dalam firman Allah SWT. “Dan berkatalah
Ibrahim: “Sesungguhnya aku senantiasa berhijrah kepada Tuhanku; sesungguhnya
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Ankabut:26). “Dan
perbuatan dosa meninggalkanlah.” (Q.S. Al-Muddatsir : 5).
Sedangkan arti hijrah
secara ma’nawiyah dalam konteks bencana adalah merubah sikap dan tindakan serta
keyakinan dari hal-hal yang akan menimbulkan bencana kepada hal-hal yang
mencegah bencana itu terjadi. Allah SWT. menekankan dalam beberapa firman-Nya,
bahwa setiap bencana yang terjadi tidaklah semata-mata kehendak-Nya, melainkan
akibat dari berbagai perbuatan manusia. Seperti pada firman-Nya, “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan
mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar” (Q.S. Ar-Ruum : 41). “...
(azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
bahwasanya Allah sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imron : 182). Dan banyak lagi keterangan-keterangan baik dari Al
Quran maupun hadits-hadits yang memperkuat pernyataan tersebut.
Oleh karena itu, menjadi
kewajiban bagi kita baik yang terkena bencana maupun yang tidak terkena bencana
sebagai proses defensif agar bencana tersebut tidak menimpa kita, untuk
berhijrah ma’nawiyah, yaitu melakukan proses perubahan baik i’tiqad (keimanan),
maupun perbuuatan dari hal-hal yang dapat mengundang bencana kepada yang dapat
menghindarkan diri kita dari bencana.
Banyak ayat-ayat Al
Quran yang menawarkan solusi agar kita terhindar dari bencana, diantaranya :
1.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
sebagaimana firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat- ayat Kami itu, maka Kami akan siksa
mereka disebabkan perbuatannya” (Q.S. Al-A’raf : 96).
2.
Bersyukur atas berbagai limpahan nikmat dan karunia yang
telah Allah SWT.berikan, dengan cara banyak menyebut asma Allah dan memuji-Nya,
menyalurkan dan mempergunakan karunia tersebut di jalan yang diridhai Allah
SWT. Allah SWT. berfirman, “Mengapa
Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri
lagi Maha Mengetahui” (Q.S. An-Nisaa : 147)
3.
Bertaubat dan banyak beristighfar, dengan cara banyak
membaca istighfar, menjauhi dan tidak melakukan perbuatan dosa dan maksiat,
tidak mengulangi perbuatan dosa dan salah yang pernah dilakukan. Allah SWT.
berfirman, “Dan Allah
sekali-sekali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka beristighfar
(meminta ampun)” (Q.S. Al-Anfal: 33)
4.
Senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan dzalim
kepada orang lain. Sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri
secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat baik” (QS. Huud: 117), “…Dan tidak pernah pula Kami membinasakan
kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman” (QS. Al-Qashas: 59).
Tentunya kita sangat
yakin, bahwa semua yang termaktub dalam firman-firman-Nya itu merupakan janji
Allah SWT, yang tidak akan pernah diingkari-Nya. Oleh karena itu, marilah kita beristighfar dan ber-istighatsah, memohon ampunan dan
pertolongan-Nya, serta senantiasa bersyukur dan berbuat kebaikan. Marilah kita
hadapkan hati kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Marilah kita tundukkan kepala
kita, kita sujudkan hati kita, kita ulurkan tangan kita. Mari kita bersimpuh
menghadapkan seluruh wajah kita kepada Dia Dzat yang menciptakan langit dan
bumi dengan penuh kepasrahan. Agar kita dijauhkan dan dihindarkan dari segala bencana yang tentunya kita tidak
ingin menerimanya. Amien.
*) Penulis : Penyuluh Agama Islam Kec.
Beber Kab. Cirebon