Laman

Senin, 12 Desember 2011

MUALILAH DARI DIRIMU

1). Hai orang yang berkemul (berselimut), 2). Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3). Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7). Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah .(QS.Al-Mudatsir-1-7) Inilah wahyu yang keempat, Surah Al-Mudatsir 1-7. Di dalamnya terdapat penekannan pada personal strength pribadi Nabi Muhammad SAW. meliputi, antara lain (1) Pentingnya Mission Statement, (2) dimulainya Character Building, dan (3) tentang Self Controlling. Untuk lebih jelasnya mari kita dalami ayat demi ayat. 1). Hai orang yang berkemul (berselimut Al-Mudatsir memiliki arti yang sama dengan Al-Muzzamil. Yakni orang yang menutupi tubuhnya dengan kain. Sebuah ungkapan kiasan (metamorfoses) untuk menggambarkan seseorang yang dalam suasana fisik/suasana hati yang belum normal. Yang di panggil oleh ayat ini tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. 2). Bangunlah, lalu berilah peringatan Ini adalah perintah kedua kali kepada sosok yang sama untuk bangun/berjaga ditengah malam. Kalau dalam rentang waktu yang relatif pendek sebuah perintah sudah di ulang dua kali, itu berarti mengandung isi pesan yang ekstra penting atau top secret. Bangun malam bagi seorang Nabi atau orang yang sedang di persiapkan dapat melakukan tugas besar, atau mereka yang sedang dikarantina di PELATNAS mengandung arti yang sangat strategis dan bernilai tinggi. Tugas berikutnya yang di embankan kepada Nabi Muhammad SAW. adalah memberi peringatan (Nadzir). Yaitu menyampaikan efek negatif dari suatu pekerjaan yang telah mentradisi, padahal pekerjaan tersebut tergolong sasaran pemberantasan. Akronim kata Nadzir adalah Basyir, yaitu upaya menyampaikan dampak positif dari pekerjaan-pekerjaan (tradisi) yang benar dan sesuai dengan risalah kenabian. Upaya pencitraan positif dan pencitraan negatif terhadap prilaku masyarakat akan lancar dan sukses bila didahului langkah mission statement dan pembangunan visi. Ditempat lain Allah berfirman: 45). “ Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, 46). Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. 47). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. 48). Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung”. (QS. Al-Ahzab-45-48) 3). Dan Tuhanmu agungkanlah Nabi Muhammad dan ummatnya di perintahkan untuk membesarkan tuhan Allah SWT . Artinya: Allah semestinya mendapat tempat utama didalam kalbu setiap insan, kedudukan Allah harus paling tinggi dan diatas segalanya , perintah Allah hendaknya dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Membesarkan tuhan, implisit di dalamnya; Allah adalah pusat pengahdapan/perhatian, Allah adalah sumber inspirasi, Allah adalah pusat orbit, dan Allah adalah sumber kekuatan. Seorang ulama berpendapat bahwa kalimat WAROBBAKA FAKABBIR cukup menjadi indikasi bahwa Islam menganut paham teosentrik dalam segala aspek kehidupan. Empat ayat selanjutnya , yaitu ayat 4,5,6 dan 7 menekankan pada pentingnya character building dan self controlling. Pembangunan karakter yang Allah lakukan pada pribadi Nabi Muhammad SAW. antara lain; Nabi Muhammad SAW. mesti mencintai kebersihan dalam segala hal (pakaian, makanan/rizki, keinginan dan ucapan), Nabi Muhammad bersifat selektif, mengutamakan proses dan selalu mampu menjaga suasana hati. Jika character building berjalan secara semestinya, maka pelan tapi pasti pada gilirannya akan membekaskan pada pribadi Nabi Muhammad SAW. sebuah sikap dan sifat untuk terus menerus melakukan self controlling terhadap seluruh aktivitas yang telah dilakoni. Self controlling yang paling utama adalah dari belenggu ego duniawi atau nafsu batiniah yang tidak seimbang. Sementara, ego akan cenderung mengambil jalan pintas (mengabaikan proses) untuk mencapai suatu keberhasilan, dan hanya akan menciptakan suatu landasan yang rapuh dan berbahaya yang justru akan menghantam balik dirinya sendiri. Melalui Al-Mudatsir Allah SWT. ingin mengarahkan nabi Muhammad SAW. menjadi seorangg pemimpin yang benar-benar muncul karena pengaruh pribadinya, pemimpin yang dicintai karena integritas pribadinya dan pemimpin yang memahami ke mana diri dan ummatnya harus melangkah. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri, bertindak rasional, sesuai kehendak suara hati yang fitrah adil dan bijaksana. Allah SWT. berfirman: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Qs.Az-Zummar -10)

ENERGI ISTIGHFAR

Rasulullah SAW. bersabda : Siapa yang memperbanyak membaca istighfar maka Allah SWT. akan menjadikan baginya segala kebingungannya sebuah solusi, segala kesempitannya ada jalan keluar dan Allah memberi Rizki kepadanya dari jalur-jalur yang tak terduga (HR.Imam AL-Qurtubi dari Jabir RA). Hadist ini memberi motivasi agar umat Islam gemar membaca istighfar (sering memohon ampun) kepada Allah SWT. seraya mengemukakan beberapa faidah Istighfar antara lain; tidak akan bingung / sedih berkepanjangan karena akan segera memperoleh solusi, tidak akan dihimpit dengan kesulitan-kesulitan karena akan menemukan alternatif-alternatif pemecahan, dan terbukanya pintu-pintu rizki yang relatif banyak yang membawa ketenangan dan keberkahan. Benrakah demikian ? Memohon ampun akan tulus diucapkan oleh orang yang rajin melakukan evaluasi; evaluasi diri, evaluasi hasil kerja dan evaluasi situasi. Setelah merasakan hasilnya tidak memuaskan dan masih jauh dari sempurna maka secara sepontan dia akan memohon ampun. Istighfar mendorong setiap pribadi untuk melakukan evaluasi rutin (harian, mingguan, bulanan dan tahunan). Memohon ampun hanya mungkin terucap dari pribadi yang rendah hati. Ia menyadari bahwa sumber masalah adalah dirinya sendidri dan menghindarkan untuk menuduh/ mengkambinghitamkan orang lain. Orang yang rendah hati cenderung bisa bekerjasama atau bersinergi dengan banyak orang (non sektarian). Sering membaca istighfar atau memohon ampun kepada Allah SWT. melalui lisan dan hati akan mampu mendorong jiwa seseorang untuk selalu dalam keadaan suci dan bersih serta menjauhkan prasangka negatif kepada siapapun. Dan orang yang memiliki hati yang bersih akan melahirkan fikiran-fikiran jernih dan positif untuk mendobrak segala kebekuan atau belenggu kehidupan. Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda“ Sesungguhnya bagi setiap hati manusia pasti memiliki karat seperti halnya besi, dan alat pembersihnya adalah Istighfar”( Al hadist). Setelah meliliki hati yang bersih maka istiqfar pada gilirannya akan membangun fikiran bawah sadar seseorang untuk kemudian memunculkan sebuah kekuatan (magic power) yang dapat mengusir/menghilangkan segala pengaruh jahat, fikiran kotor dan paradigma buruk. Orang-orang yang menyampaikan permohonan ampun secara berula-ulang ; pagi, siang dan malam, pada saat berdiri, duduk atau berbaring akan menumbuhkan satu kebiasaan positif, yaitu jujur pada diri sendiri, mudah meminta maaf dan mudah pula memaafkan orang lain.

Pribadi Unggul : ABDULLAH BIN HUDZAFAH ASSAHMY

Sunguh…! Mati Seribu Kali Lebih Saya Sukai Daripada……. Berkat Islam, seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Hudzafah memiliki kesempatan berteman penguasa dua negara adikuasa pada jaman itu: Kisra Raja Persia dan Kaisar Romawi. Kisah Abh dengan masing-masing kedua pembesar tersebut akan senantiasa di kenang sepanjang jaman dan akan terus direaktualisasi oleh para ahli sejarah. Pada tahun ke 6 H Nabi Muhammad memiliki program mengisahkan seluruh kawasan dengan cara mengirim surat dakwah kepada para Raja/pembesar negeri-negeri non Arab. Untuk maksud ini Nabi memanggil enam pemuda pilihan. Salah satunya bernama Abdullah bin Hudzafah Assahamy (selanjutnya hanya akan ditulis AbH). Nabi SAW menatap wajah para pemuda pilihan dengan tatapan tajam, dan dengan suara berat beliau SAW berkata: ” Saya memiliki keinginan besar dapat mengislamkan seluruh penguasa negara non Arab. Dan saya akan mengutus saudara-saudara membawa surat dakwah kepada mereka. Tidak boleh ada seorangpun yang menolak perintah ini seperti bani Israil menolak permintaan Isa Alaihissalam”. Nabi SAW menepuk pundak enam pemuda pilihan dan menanyai kesanggupan satu persatu. Semuanya menjawab sama ”Kami siap mensukseskan program anda. Utuslah kami kemana engkau mau” Abdulah menerima surat dakwah untuk Kisra Raja Persia . Dia segera pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatu; kata, perbekalan dan pakaian . Kepada sang istri tercinta, Abdullah berkata: Aku titipkan engkau dan anak-anak kepada Allah saja. Aku akan berangkat memenuhi tugas rasul dengan ditemani oleh Allah saja. Semoga semuanya baik-baik saja. Sang istri mengantar Abdullah bin Hudazaifah dengan tatapan penuh kebanggan: Butiran-butiran air mata yang membasahi pipi adalah tangis kebahagiaan. Maka kepada anak-anaknya ia berkata: Ayahmu mendapat kehormatan dari Nabi SAW untuk menyampaikan surat dakwah kepada para raja non Arab. Nanti , kalau kamu sudah besar, kamu harus seberani ayahmu”. Setelah mendaki gunung-gunung dan perbukitan, melintasi lembah dan ngarai, mengarungi lautan pasir non luas, Abdullah bin Hudzafah berhasil sampai ke Istananya Persia. Setelah meminta izin kepada pasukan pengamanan, dia masuk istana dengan pakaian yang sudah sangat lusuh, langkahnya penuh percaya, kepala tegak penuh kebanggan berislam, disertai cahaya terang keimanan . Bersama dengan itu, Kisra Raja Persia memanggil ajudan dan para mentri. AbH berdiri tegak dihadapan Kisra untuk menyerahkan Surat Rosulullah. Tapi kisra meminta salah seorang mentri untuk mengambil surat dari tangan utusan Nabi. AbH menolak untuk menyerahkan dengan alasan Nabi memerintahkan harus langsung ke tangan Kisra, saya tidak berani menyalahi perintah Nabi; Ujar Abdullah penuh percaya diri. Dengan sangat jengkel Kisra Persia berkata: ”biarkan dia mendekat kepadaku” Abdullah melangkah dua langkah dan menyerahkan surat kepada Kisra Persia. Surat tersebut oleh Kisra di serahkan kepada staf yang mengerti bahasa Arab dan menyuruhnya untuk membaca. BISMILLAHIRROHMANIRROHIM dari Muhammad Rosulullah Kepada Kisra Agung Persia. Kisra Persia serta merta berteriak, cukup!. Dadanya membara, wajah memerah dan bulu kuduknya pada berdiri. Kisra merampas surat dari stafnya merobeknya, kemudian mengusir Abdullah untuk segera meninggalkan istana. Abdullah keluar dari istana seraya menunggu perkembangan lebih lanjut apa yang akan Allah perbuat untuk dirinya. Apakah akan dibunuh atau dibebaskan. Dalam penuh ketidak pastian itu Abdullah bergumam: ” Demi Allah, saya tidak akanpernah menyesali apapun yang terjadi pada diri saya setelah saya berhasil menunaikan tugas Rosulullah SAW. Setelah dalam waktu relatif lama tidak ada terjadi sesuatu maka Abdullah segera menghampiri untanya kemudian bergerak pergi meninggalkan Istana Kisra. Setibanya dimadinah, Abdullah segera menghadap Nabi untuk melaporkan pelaksanaan tugas sejak berangkat sampai bertemu Kisra Agung Persia, termasuk respon sangat menyakitkan karena surat Rosulullah di robek-robek penuh emosional. Rosulullah SAW menyimak secara seksama seluruh laporan yang disampaikan Abdullah dan mengomentari dengan kalimat sangat pendek : MAZZAQOLLAHU MULKAHU ( Allah akan merobek-robek kerajaan Kisra Agung). Pada tahun 19H/ .....Khalifah Umar bin Khatab mengirim beberapa peleton tentara Islam untuk untuk menumbangkan dominasi Kerajaan Romawi . Didalamnya terdapat nama Abdullah bin Khudzaifah, salah seorang tentara Islam yang dikenal tangguh, pemberani cerdik dan teguh. Beberapa tentara Islam menjadi tawanan tentara Romawi. Mereka di borgol dan dihadapkan kepada kaisar. Abdullah mendapat giliran pertama berhadapan dengan kaisar disingkat (KR) KR: saya ingin mengajukan penawaran. Abdullah: Penawaran apa? KR : Saya meminta anda menjadi bagian dari tentara kami (Romawi) untuk memerangi tentara Islam, Jika bersedia, anda tidak menjadi tawanan lagi dan langsung menjadi komandan perang. Abdullah : Sayang sekali .., mati seribu kali masih lebih saya sukai daripada menolong tentara kafir. KR : Saya mengagumi anda sebagai tentara heroik. Saya bersedia berbagi tugas dan kewenangan. Anda bisa menjadi wakil Raja disini (Romawi). Abdullah : Demi Allah! Jika tuan memberikan kepadaku semua yang tuan miliki, plus kekuasaan pada raja yang lain supaya aku meninggalkan Agama Muhammad barang sekejap, tidak pernah saya lakukan! KR : Kalau begitu, saya akan bunuh kamu! Abdullah : Lakukan sekehendak tuan. KR : Wahai para tentara Romawi ! gantung Abdullah! Lempari dia dari jarak dekat, dari depan dan dari belakang! Dia menolak tawaran kami. Beberapa tentara Romawi melaksanakan perintah Kaisar. Abdullah di ikat pada tiang salib, dilempari batu dari depan dan dari belakang, dan di diguyuri minyak tanah. Badan Abdullah memar-memar dan berdarah-darah. Wajahnya susah dikenali lagi, Kemudian KR memerintahkan agar seluruh tentara Islam menonton Abdullah. Supaya mereka merasa ngeri dan menyarankan Abdullah mau menyerah. Abdullah diturunkan dari tiang salib, tergeletak di tanah dantak berdaya, dari matanya keluar air yang sangat deras. Tentara Romawi segera melaporkan kepada KR bahwa Abdullah menangis dan menyerah serta bersedia menjadi tentara nasrani. KR meminta agar Abdullah dihadapkan lagi. KR : Kasihan...., apa yang menyebabkan anda menangis barusan? Abdullah Saya mengira, ... selepas dari tiang salib akan langsung dimasukan ke pembakaran. Saya sudah sangat gembira akan menemui Allah dalam keadaan syahid. Tapi.... Tapi tidak kunjung dilempar ke pembakaran. Maka saya menangis. Kaisar Romawi mengumpulkan kembali seluruh tentaranya, kemudian berpidato: .....Sudah berbagai cara di lakukan untuk membujuk pada tentaraislam agar mau menjadi nasrani , tapi semua tidak ada yangmampu. Mereka (tentara islam) sangat teguh pendirian dan masih memilih mati daripada berpindah agama. Maka sebelum keadaan lebih buruk menimpa kita, ada baiknya kita bebaskan saja seluruh tawanan Islam itu...” Abdullah bin Hudzafah dan rombongan pulang ke Madinah dan melaporkan segala sesuatunya kepada Khalifah Umar bin Khatab. Khalifah merasa sangat bergembira memiliki tentara setangguh Abdullah. Maka kepada seluruh rombongan beliau berkata: ” Sangat pantas bagi setiap muslim bisa mencium kepada Abdullah bin Hudzafah... dan saya, adalah orang pertama yang melakukan itu...” Seluruh rombongan secara bergiliran menciumi kepala Abdullah bin Hudzafah Assahamy.

BENARKAH KITA SUDAH MERDEKA?

SEBUAH RENUNGAN DI HARI KEMERDEKAAN Oleh : Saeful Malik, S.Ag, MBA*) …. Ayeuna urang sakabeh dijajah diri sorangan … dijieun jaradi budeg … dijieun jadi anarkis … gampang ngambek jeung ngaruksak … resep pasea jeung dulur … teu dihandap teu di luhur … Kalimat-kalimat di atas merupakan penggalan bait-bait dari lagu yang berjudul “Dijajah” karya Doel Sumbang, yang merupakan ekspresi dari curahan hatinya mengenai makna kemerderkaan. Memang jika kita mencoba mentafakuri terhadap kemerdekaan bangsa kita yang sudah berusia 65 tahun, akan terbesit sebuah pertanyaan tentang hakikat kemerdekaan, apakah kita sudah benar-benar merdeka ? Dalam bait-bait awal lagu diatas Doel Sumbang bercerita secara fisik bangsa Indonesia sudah sangat merdeka. Indonesia sudah terbebas dari kungkungan penjajahan bangsa-bangsa lain. Terbebas dari bangsa Belanda yang menjajah 350 tahun, terbebas dari Jepang yang menjajah 3,5 tahun atau dari penjajahan bangsa sendiri. Akan tetapi benarkah kemerdekaan telah kita rasakan? Bukankah yang dimaksud dengan merdeka adalah keadaan (hal) berdiri sendiri, bebas dari rasa takut, lepas, tidak terjajah lagi ? (Kamus Bahasa Indonesia, 2008 : hal. 1015). Mengapa negara kita masih menjadi papan atas dalam urutan negara terkorup? Mengapa masih banyak tawuran antar daerah? Mengapa kita selalu tidak tenang menyaksikan pertandingan sepak bola? Dan jutaan mengapa yang lain yang selalu menyeriak dalam hati kita ketika kita melihat keadaan saat ini. Benarkah kita telah merdeka? Dan ketika kita menyimak bait-bait selanjutnya dalam lagu Doel Sumbang tadi, maka kita akan menemukan jawabannya. Ternyata kita secara bathin masih terjajah. Doel Sumbang mengatakan …. Ayeuna urang sakabeh dijajah diri sorangan … dijieun jaradi budeg … dijieun jadi anarkis … gampang ngambek jeung ngaruksak … resep pasea jeung dulur … teu dihandap teu di luhur … (… sekarang kita semua dijajah oleh diri kita sendiri … dibuat menjadi tuli … dijadikan anarkis … mudah marah dan merusak … senang berantem dengan sesama … terjadi tidak hanya dikalangan bawah tetapi juga dikalangan atas …). Yang dimaksud dengan dijajah oleh diri kita sendiri bermakna bukan secara fisik merusak atau memperdaya diri, akan tetapi dijajah oleh hawa nafsu yang ada pada diri kita sendiri, dan penulis setuju bahwa saat ini kita sedang dijajah oleh hawa nafsu. Apa yang dimaksud hawa nafsu ? Hawa nafsu secara sederhana adalah keinginan-keinginan diri. Nafsu diterjemahkan sebagai egoisme: kecendurangan kita untuk mencapai keinginan-keinginan diri. Keinginan untuk mencapai kenikmatan sensual, kesenangan jasmaniah, keinginan untuk makan dan minum, bersenang-senang, keinginan untuk diperhatikan, diistimewakan dan dianggap sebagi orang yang paling penting, yang biasanya lazim kita sebut sebagai kepongahan atau arogansi. (Jalaludin Rahmat, 2000, hal. 4) Dan menurut Fadli Sabil (2009) egoisme merupakan suatu kejahatan dan dipandang sebagai pelanggaran moral karena ia selalu mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme membuat manusia jauh dari kebenaran dan menyimpang dari petunjuk Tuhan. Tentunya kita akan memahami jika hawa nafsu seperti pengertian di atas, mengendalikan dan menjajah diri masyarakat kita maka yang terjadi adalah korupsi, kolusi nepotisme dan berebut kekuasaan bagi orang-orang yang memiliki jabatan. Atau kekejaman yang dilakukan oleh rakyat kelas bawah, berupa kerusuhan, kekacauan, pencurian, perampokan, penodongan, pemerkosaan, penculikan, penjarahan yang mengakibatkan tidak ada lagi rasa ketenangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pandangan Islam hawa nafsu merupakan musuh yang mesti dikendalikan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan melalui Imam Shâdiq bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Waspadalah terhadap hawa nafsu kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa nafsu dan ketergelinciran lidah yang tak bertulang.” Imam Shâdiq as juga berkata: “Janganlah kalian biarkan jiwa bersanding bersama hawa nafsu. Karena, hawa nafsu pasti (membawa) kehinaan bagi jiwamu.” Dan Allah SWT. memberikan apresiasi yang luar biasa bagi siapa saja yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, sebagaimana firman-Nya, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.). Lalu bagaimana kita mengendalikan hawa nafsu? Di dalam ajaran Islam, hawa nafsu tidak untuk dibunuh sebab ada sisi baiknya dari hawa nafsu ini, yaitu akan memberikan motivasi untuk selalu berusaha dalam menggapai kebaikan hidup. Akan tetapi hawa nafsu mesti dikendalikan, salah satunya dengan puasa. Mengapa dengan puasa ? menurut Dr. H. Suhairy Ilyas, MA (2009) Puasa bukan hanya sekedar menahan dan mengendalikan hawa nafsu dari makan dan minum. Hakikat puasa adalah pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengendalikan mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji, seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa juga mengendalikan hati kita untuk tidak selalu condong kepada kehidupan duniawi. Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah SWT. seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT. seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW : “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT. tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa)”. (HR.Bukhari dari Abu Hurairah). Oleh karenanya, kiranya cukup menjadi bahan renungan pada hari Kemerdekaan Republik Indonesia kali ini yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Marilah kita jadikan Kemerdekaan Negara kita benar-benar bermakna merdeka, tidak hanya secara fisik yang terbebas dari penjajahan, akan tetapi juga secara bathin terbebas dari penjajahan hawa nafsu kita dengan cara menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya. Tentunya, jika semua masyarakat Indonesia mampu memerdekakan “Jiwa Raganya” dari penjajahan hawa nafsunya, niscaya harapan kita mewujudkan Indonesia sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur akan segera terwujud, Insya Allah. Wallahu a’lam.