Laman

Sabtu, 18 Juni 2011

Delapan Kado Terindah

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa
menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli !
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah
terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda
sayangi.

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang
tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir
dihadapannya lewat surat,telepon, foto atau faks.
Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat
berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara
lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas
kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai
pembawa kebahagian.
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan,
orang selalu berbondong-bondong mudik...

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab,
kebanyakan orang lebih
suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama
diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia
amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.
Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan
perhatian pada segala ucapannya, secara taklangsung
kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan
hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda
dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap
utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu
menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia
menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan
yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi
atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan
terdengar manis baginya.

D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan.
Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau
membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam
juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang
karenamemberinya \" ruang\". Terlebih jika sehari-hari
kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur,
mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak
penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang
bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang
jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan
adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan
bukanlah, \"Kau bebas berbuat semaumu.\" Lebih dalam
dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya
kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala
hal yang ia putuskan atau lakukan

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi
tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ?
(eh..)Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado
lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap
hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun
bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan
bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan
yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif
terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita
sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya
dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba
hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan
tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu
terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal
yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula,
pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima
kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah
kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran.
Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya
Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta
dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan
itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap
memberikan kado \" kesediaan mengalah\". Okelah, Anda
mungkin kesal atau marah karena dia telat datang
memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali
itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang
berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah sudah dapat
melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari
bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman,terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa
menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat
dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan
obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan
isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling
kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman
manis pada orang yang dikasihi ?

Metamorfosis

Ada seorang anak bertanya kepada ibunya, “Mama, mau jadi apa kalau Mama sudah besar?”. Sang ibu kaget mendengar pertanyaan yang cukup polos namun cukup menyentuh itu. Apalagi pertanyaan itu keluar dari seorang anak yang masih belum tahu arti sebuah cita-cita. “Mama katakan saja, lanjut anak tadi, “bahwa Mama bisa menjadi apa saja yang Mama inginkan” Katanya, karena melihat kebingungan ibunya.

Petikan dialog di atas berasal dari salah satu kisah dalam buku Chicken Soup for the Woman’s Soul.

Unik, memang. Pertanyaan di atas ditanyakan kepada orang yang sudah dewasa: ibu. Sebab mayoritas pendapat mengatakan pertanyaan semacam itu hanya pantas ditanyakan kepada anak yang masih polos atau beranjak dewasa. Masa dewasa adalah terminal terakhir dan sudah bukan masanya untuk bercita-cita; orang dewasa hanya menekuni aktifitasnya sehari-hari, tanpa bercita-cita.

Ada kata bijak “manusia terbang dengan cita-citanya seperti burung terbang dengan sayapnya”; cita-cita adalah motifator seseorang untuk berjuang dalam hidup. Alih-alih jangan memahami cita-cita sebagai jabatan strategis atau profesi bergengsi.

Manusia bukanlah ulat yang sudah tentu akan berubah menjadi kepompong yang pada gilirannya berubah menjadi kupu-kupu, meski ia tidak pernah mencita-citakan hal itu. Sedangkan metamorfosis manusia tergantung pada manusia sendiri. Alangkah naif bila manusia berhenti bercita-cita, sedangkan hidup terlalu kaku untuk dihadapi dengan santai; tanpa semangat cita-cita.

Organisasi semacam Hizbut Tahrir, mungkin, tidak terlalu idealis bila mereka mencita-citakan Negara Islam, disamping sebuah tuntutan untuk merealisasikan sebuah doktrinitas. Karena cita-cita menurut mereka (dan sebetulnya juga menurut kita) tak ubahnya niat; maksud suci berupa upaya realitatif dari sebuah ajaran.

Adalah Theodore Herzl –the father of modern Zionism-, seorang Zionis yang begitu gigih memperjuangkan berdirinya Negara Nasional Yahudi, walaupun para rabi Yahudi saat itu membantahnya hingga mengeluarkan pernyataan “usaha yang dilakukan oleh orang-orang Zionis untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina adalah menyalahi janji-janji Messianik dan Yudaisme”. Kenyataannya, keinginan Herzl “Sang Penjagal Tuhan” itu tercapai dengan diselenggarakannya Kongres Zionis pertama di Basel Swiss dan dilaksanakannya Deklarasi Balfour yang pertama pada 11 Desember tahun 1917, sebagai buah pemikiran kontroversinya beberapa abad setelah dia meninggal dunia.

Begitupun dengan romantisme kepemimpinan. Mendambakan pemimpin yang dapat melaksanakan amanat rakyat dengan jujur dan adil adalah sebuah cita-cita.

Walaupun hidup ini tak selalu menang, berusaha adalah sebuah keniscayaan untuk tidak menarik cita-cita ke dalam kantong sampah idealisme yang selanjutnya akan beralih profesi sebagai “purnawirawan” atau “mantan” cita-cita yang terlupakan.

Beberapa kali Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum. “Media obral janji” atau (lebih halusnya) kampanye telah dilakukan. Namun, di mana keadilan berada? Kemiskinan ada di kanan-kiri kita, tindak kriminal –walau hal itu adalah hukum alam- semakin merajalela. Banyak kasus yang tidak diketahui jutrungnya. Apa ini moralitas Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim?

Yakinkah kita bahwa ketidakberesan pada multilini saat ini telah mencapai klimaksnya, sebagaimana yang telah menjadi sunnatullah bahwa setiap sesuatu akan mengalami masa klimaks dari dua sisi: kehancuran dan kemajuan? Jawabannya adalah kita sendiri, masihkah kita punya cita-cita untuk memperbaiki moralitas sosial atau kita akan patuh seperti Saturnalia yang digambarkan oleh Fredrich W. Netzsche dalam pengantarnya di The Gay Science-nya; selalu sabar dengan penindasan, manut dengan segala kediktatoran. Dengan kata lain pasrah tanpa cita-cita. Pada situasi inilah kita tak lebih dari seekor ulat.

Keterkejutan kita pada pertanyaan seorang bocah di atas adalah gladi resik dari ketidakpunyaan kita terhadap cita-cita ketika sudah dewasa dan keyakinan kita pada ‘ajaran’ yang mengatakan bahwa cita-cita hanya dimiliki oleh anak polos. Akankah keyakinan itu akan kita pelihara sehingga beranak-pinak. Kalau memang tidak, mengapa kita –yang telah dewasa- akan berhenti untuk bercita-cita? (Fafa)

Minggu, 12 Juni 2011

Ku Hanya Rakyat

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi cuma ingin kita lebih peduli kepada rakyat,
bukan hanya kerabat dan teman dekat,
sehingga banyak hutang harus dibabat,
hanya untuk kepentingan teman sejawat ... (atau juga para pejabat ?!)
sehingga ... saat panas bumi semakin meningkat
dan PBB menghujat
Dua Ratus Juta kepala rakyat terkena pukat.

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi cuma ingin kita lebih ingat
bahwa apa yang kita perbuat ....
selalu dicatat malaikat ...
sehingga janganlah ada muslihat ...
apalagi sampai memperalat rakyat ...
hanya untuk meraih pangkat ...
juga impian menjadi konglomerat ...
yang banyak mengumpulkan berlian berkarat ...
biar dapat hidup sepanjang hayat...
demenggusur tanah rakyat ...

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi juga ingin urun dan unjuk pendapat
jika kalian ingin tetap dihormat,
didunia dan akhirat ...
janganlah terlanjur mengumbar syahwat ...
(atau apakah kalian sudah bosan soto babat
dan juga sudah ingin dikerubungi lalat ... ?
sehingga makin besarlah si Otong dan si Amat,
yang mengaku lebih DEMOKRAT,
cuma karena yang ada sudah dianggap berkarat,
oleh rakyat yang semakin pandai menghujat,
semua perbuatan yang dianggap laknat ...
dari korupsi, kolusi, nepotisme sampai
birokrasi yang sengaja dibuat lambat,
Apalagi saat hidup makin berat ...
dan kepala makin penat memikirkan UMR yang tak kunjung meningkat...
juga melihat tingkah pejabat ...
yang tak beda dengan penjahat ....)

Sekali lagi ...
Saya bukanlah WAKIL RAKYAT
tapi ingin juga memekik, meneriakkan HAKIKAT,
meski dengan suara tersendat,
"HIDUP RAKYAT !"
dan "HIDUP SEMUA ORANG YANG PEDULI PADA RAKYAT !"
karena percayalah ... meski mungkin kita harus melarat,
semua yang kita perbuat akan tetap dicatat,
meski mungkin hanya bisa dilihat...
setelah kita masuk liang lahat ...
atau setelah dunia kelak KIAMAT...
Dan ... bersyukurlah orang-orang yang selamat,
karena tak pernah lupa dan selalu ingat ...
pada TUHAN YANG MAHA KUAT ...
dengan selalu mengerjakan SHALAT ...
Dan mereka juga ingat ...
bahwa harta, keluarga, sanak kerabat dan juga derajat
hanyalah sebuah amanat
yang harus dipegang semua umat

My Birthday My Wishday

Ya Tuhanku
Hari ini Kau terbitkan aku
Ke Marcapada jagat raya yang penuh
sesak dengan rasa ragu

Kemarin Kau ciptakan aku
Dari gumpalan tanah dan batu-batu
Kau bentuk segumpal darah menjadi kalbu
Kau simpan yakin dan ragu

Kuucapkan puji pada-Mu
Tuhan Yang Maha Satu
Anugrahkan sayang dan rindu
lewat antara ayah dan ibu

Kau besarkan aku dengan cinta
Asuh penuh sayang dan cita
Suci jiwa hilangkan dosa
Ajari dengan ibrah bijaksana tepiskan siksa

Ya Tuhanku
segala puji bagi-Mu
Kau percayakan ruh dan sukma
Selikur orang menghitung
Kupanjatkan harap
Kumohonkan do'a

Biarlah cinta kau tebarkan
Tersiram air-air sukma
Tumbuh buah mekarlah bunga
Bentuk ladang wujudkan taman

Biarlah surya terus bersinar
jangan Kau akhiri dengan senja
Biarlah kuhirup angin semilir
Berhias diri dengan harum bunga-bunga


Ya Tuhanku
Dzat Yang Maha Tahu
Sukma berakar kalbu
Kosong tanpa isi sesuatu
Penuhilah dengan sayang dan rindu
Disiram Dewi dengan air bunga tujuh

Tuhanku
Dibalik sendiri ku punya asa
Air mengalir air, angin berhembus angin
Rindu dibuai rindu, cinta berbuah cinta


Cicadas, 8 Maret 1998