Laman

Selasa, 03 Mei 2011

MENGATASI CEMAS MENJELANG SPMB




            Kegagalan menembus SPMB merupakan peristiwa yang tidak diharapkan, banyak peserta yang diliputi tanda tanya besar. Wajar, sebab tidak sedikit mereka gagal menembus SPMB meskipun memiliki prestasi yang bagus di sekolah. Persoalannya, bagaimana mengantisipasi rasa cemas hari “H” SPMB ?

1.    DUA HARI SEBELUM SPMB
Ini terakhir belajar target, manfaatkan waktu dengan mengerjakan latihan-latihan soal SPMB tahun sebelumnya dengan tata cara yang mirip dengan SPMB yang sesungguhnya, bila perlu Anda mengikuti Try Out yang diadakan oleh bimbel.
2.    SEHARI SEBELUM UJIAN
Sekarang bukan saatnya belajar target. Hari ini sesudah menikmati sarapan pagi, udara pagi  yang bersih dan berjalan-jalan merasakan keindahan alam semesta, Anda bisa melihat ruang ujian yang akan dipakai untuk SPMB besok. Ini berguna agar gambaran suasana ruang ujian tercipta dan waktu tempuh antara rumah dan tempat ujian dapat diperkirakan sehingga tidak terlambat sampai di tempat ujian.
3.    MALAM MENJELANG UJIAN
Malam menjelang ujian belajarlah sekilas, sambil lalu saja tanpa memaksakan untuk menguasai materi semalam suntuk. Bila perlu cukup membuka-buka rumus atau catatan-catatan kecil yaqng memang merupakan konsep dasar dari bab-bab besar.
4.    DALAM PERJALANAN KE TEMPAT UJIAN
Saat-saat mendebarkan dan membuat keringat bercucuran adalah saat berangkat ke tempat SPMB tepat hari “H”.
Untuk meredam cemas, cobalah bergegas mandi lebih pagi dari biasanya. Berangkatlah agak awal, agar bisa menikmati perjalanan tanpa tersengal-sengal. Nikmati perjalanan ke tempat SPMB, tanpa dikejar-kejar ketakutan terlambat.
5.    SEBELUM MEMASUKI RUANG UJIAN
Begitu tiba di tempat ujian, pikiran kadang bertindak nakal, resah memikirkan ada apa dibalik pintu ruang ujian yang masih tertutup. Tapi Anda rasanya tak perlu mengalami kecemasan sedemikian rupa, jika Anda mau berpikir positif, misalnya menikmati bunga-bungaan dan kupu-kupu yang ada di halaman tempat ujian atau berkenalan dengan teman baru seruangan yang akan ujian SPMB.
6.MENUNGGU PEMBAGIAN KERTAS UJIAN
Menunggu memang sering membuat hati berdebar-debar. Apalagi menunggu sesuatu yang sangat didambakan dan sekarang sudah tampak di depan mata.
Agar Anda tidak sampai gemetaran, jangan memikirkan kertas ujian itu saat menunggu petugas membagikan. Lebih baik menyiapkan alat-alat yang diperlukan, misalnya pensil dan cadangannya, penghapus, peraut, ballpoint, dan kartu ujian.
7. KERTAS UJIAN SAMPAI DI BANGKU DEPAN
Ketika petugas meletakkan kertas ujian di bangku depan, tepat di depan Anda jantung rasanya berdebar jauh lebih cepat. Kecemasan meningkat, apalagi kalau sekilas tampak beberapa kalimat dari lembar soal.
Insya Allah hal ini tidak akan terjadi bila Anda menikmati suasana kelas, misalnya memperhatikan teman-teman peserta ujian, gambar-gambar di ruang ujian yang kadang-kadang sangat menggelikan. Berdo’a juga tidak salah.
8. SAAT MENJAWAB SOAL-SOAL SPMB
Kecemasan tertinggi pada hari “H” SPMB adalah saat-saat menjawab soal SPMB. Rumus sudah ditangan, hitungan sudah selesai dikerjakan, tapi rasanya masih ada yang kurang. Apa benar tidak akan ada yang salah?
Untuk meredamnya, kerjakan dulu soal-soal yang paling anda sukai dan mudah dihadapi. Bila ada soal yang terlalu sulit, jangan memaksakan diri untuk langsung menyelesaikannya, berpindah ke soal-soal yang lebih mudah.
Jangan memberikan jawaban asal-asalan jika tetap tidak bisa mengerjakan lebih baik membiarkan kosong daripada memberikan jawaban-jawaban tebak-tebakan yang bisa membuat anda terjebak sekaligus terdepak.

AL QUR’AN DAN KESEHATAN


Oleh : Saeful Malik, S.Ag, MBA*

Al-Qur’an adalah Kalâmullâh yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang membacanya adalah salah satu bentuk ibadah. Di dalamnya tidak hanya mengandung hal yang bersifat ukhrowi tetapi juga memuat hal yang bersifat duniawi. Al-Qur’an berbicara tentang unsur ketuhanan sampai kemanusiaan, tentang kehidupan sampai kematian, dari keimanan sampai kepada ilmu pengetahuan, tidak ketinggalan juga Al-Qur’an berbicara mengenai kesehatan dan pengobatan.
Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang kesehatan dan pengobatan karena Al Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin. Diantaranya ; “Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang mu’min.” (QS. Al Isra, 17: 82)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d, 13: 28)
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “Asysyifâ” yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh, yang diambil dari beberapa ayat dalam Al Qur’an. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus, 10: 57)
Berdasarkan ayat-ayat tadi, dapat dipastikan bahwa orang yang membaca, mendengar dan mempelajari Al Qur’an secara dawam (kontinyu dan teratur) akan merasakan ketenangan jiwa, sehat baik jasmani maupun rohani. Penulis mencoba memaparkan bukti-bukti penelitian ilmiah yang pernah dilakukan yang membuktikan kebenaran ayat-ayat di atas.
DR. Ahmad Al-Qodi', direktur utama Islamic Medicine For Education And Research yang berpusat di amerika sekaligus konsultasi ahli sebuah klinik di Panama City, Florida Amerika Serikat telah melakukan penelitian tentang pengaruh Al Qur’an pada manusia dalam perspektif fisiologis dan psikologis yang terbagi dalam 2 tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al Qur’an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika ada. Hasil eksperimen pertama ini membuktikan bahwa 97% responden, baik muslim maupun non-muslim, baik yang mengerti bahasa Arab maupun tidak, setelah diperdengarkan Al Qur’an mengalami beberapa perubahan fisiologis yang menunjukkan tingkat ketegangan urat syaraf reflektif. Hasilnya membuktikan bahwa Al Qur’an memiliki pengaruh yang mampu merelaksasi ketegangan urat syaraf tersebut. Fakta ini secara tepat terekam dalam sistem detektor elektronik yang didukung komputer guna mengukur perubahan apapun dalam fisiologi(organ) tubuh.
Sementara itu, eksperimen yang kedua diarahkan guna mengetahui apakah efek relaksasi yang di timbulkan Al Qur’an pada ketegangan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis yang mengiringinya benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Al Qur’an sendiri secara definitif, tanpa memandang apakah kalimat-kalimat itu dapat dipahami oleh pendengaran atau tidak.  Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al Qur’an.  (Ahsin W. Al Hafidz, Fiqh Kesehatan, 2008)
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat  penelitian lain yang dilakukan oleh dokter Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.
Dan hebatnya lagi, ternyata Al Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Oleh karena itu bisa diambil hipotesa bahwa efek relaksasi Al Qur’an bagi orang yang stres dan depresi  dapat berpotensi mengaktifkan fungsi daya tahan tubuh yang berperan besar dalam melawan penyakit atau membantu proses penyembuhan.  Hal itu, dapat  terjadi pada penyakit-penyakit gangguan pencernaan, infeksi, kanker dan lain sebagainya. Hal demikian menunjukkan bahwa kalimat-kalimat Al Qur’an sendiri memiliki pengaruh fisiologis yang bisa meredakan ketegangan otot pada tubuh,  tanpa harus mengetahui makna kata-kata itu sendiri.

Uraian di atas, hanyalah sebagian kecil dari “mukjizat Al Qur’an” yang berhubungan dengan kesehatan, jika kita mencari lebih jauh  masih banyak lagi bukti-bukti yang memaparkan kebenaran Al Qur’an yang berhubungan dengan kesehatan. Rasulullah SAW. Bersabda,  “Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud). Oleh karena itu, marilah kita jadikan diri kita sebagai sahabat Al Qur’an, yang senantiasa mendawamkan membaca, mendengar dan mempelajari Al Qur’an. Karena jika kita mampu demikian Al Qur’an pun akan menjadi pengobat dan penolong di yaumil akhir nanti,  Rasul bersabda, “Bacalah  Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada pembacanya.” (HR Muslim). Subhanallah, Maha benar  Allah dengan segala firman-Nya

KEMENTERIAN AGAMA DAN REFORMASI BIROKRASI


(Sebuah renungan pada Peringatan Hari Amal Bakti ke 65)
Oleh : Saeful Malik, S.Ag, MBA*


Copy of S2020770.JPGPada tanggal 3 Januari 2011, Kementerian Agama Republik Indonesia memperingati Hari Amal Bakti ke 65. Banyak harapan yang menggantung pada setiap peringatan Hari Amal Bakti ini. Peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama diharapkan tidak hanya sekedar upacara dan rutinitas tahunan saja, akan tetapi menjadi momentum untuk melakukan muhasabah (evaluasi diri) dalam upaya peningkatan pelayanan terbaik kepada ummat dan masyarakat. Karena dari istilah “Hari Amal Bakti” sendiri dapat menjadi indikasi bahwa amal adalah perbuatan yang bernuansa positif, sedangkan bakti merupakan bentuk pengabdian pelayanan seseorang pada orang lain dalam komunitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara ikhlash.
Kementerian Agama (Kemenag) yang dahulu bernama Departemen Agama (Depag) adalah kementerian yang sangat disorot masyarakat, karena kementerian ini membawa nama agama. Dalam benak masyarakat, karena instansi ini membawa agama tentu mereka menilai birokrasi Kemenag adalah birokrasi yang memiliki akhlak dan moral yang lebih tinggi di bandingkan dengan birokrasi-birokrasi di kementerian-kementerian yang lain.
Nilai-nilai yang terkandung pada kata agama menjadi harapan yang besar bagi masyarakat, untuk terwujudnya birokrasi yang bersih, transparan, mudah dan tertib. Sehingga jika ditemukan hal-hal yang menyimpang dalam birokrasi Kemenag, seperti melanggar aturan, melanggar hukum dan lain sebagainya, maka hukuman masyarakat kepada kemenag akan  jauh lebih besar dibandingkan terhadap instansi lain. Dan ironisnya, karena Kementerian Agama ini memiliki slogan “Ikhlash Beramal” seringkali hasil kerja atau prestasi yang pernah diraih oleh kementerian ini tidak mendapatkan apresiasi yang memadai dari masyarakat.
Tentunya hal ini tidak boleh ditafsirkan oleh aparatur Kementerian Agama sebagai ketidakadilan sikap dari masyarakat. Akan tetapi harus menjadi sebuah tantangan untuk merubah “paradigma” tersebut dengan membuktikan bahwa birokrasi di Kementerian Agama memang merupakan birokrasi teladan bagi instansi lain dalam hal ketertiban hukum, transparansi, kemudahan dan lainnya. Sehingga masyarakat dapat menilai sesuai dengan seharusnya.
Menjadi teladan tentunya bukanlah hal yang mudah. Apalagi Kementerian Agama pernah menorehkan sejarah birokrasi yang kurang baik, sehingga di beberapa waktu silam, Departemen Agama pernah menyandang gelar sebagai salah satu Depertemen terkorup yang ada di negeri ini. Kenyataan tersebut menjadi catatan kelabu yang masih terdokumentasikan pada sebagian besar hati masyarakat. Hal ini menjadi tekad dari Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Suryadharma Ali untuk melakukan Reformasi Birokrasi. Dengan berkomitmen menjadikan Kementerian Agama sebagai lembaga penyandang nilai-nilai agama, untuk berada paling depan dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, bebas KKN dan perbuatan melanggar hukum lainnya.

Reformasi Birokrasi Kementerian Agama
Reformasi birokrasi merupakan upaya menata ulang, mengubah, menyempurnakan, dan memperbaiki birokrasi agar menjadi lebih bersih, efisien, efektif, dan produktif.Secara ringkas, visi reformasi birokrasi adalah menjadikan tata kepemerintahan yang baik (good governance), dengan misi membangun, menyempurnakan, dan menertibkan birokrasi pemerintahan, agar mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan
Kementerian Agama sebagai lembaga pembantu Presiden memiliki tugas menjalankan sebagian tugas pemerintahan di bidang agama. Tugas tersebut merupakan tugas yang berat dan diharapkan mampu memberikan dorongan dan teladan bagi terwujudnya penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. Apalagi, Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono telah bertekad melaksanakan reformasi birokrasi secara menyeluruh pada tahun 2011 untuk menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa. Reformasi birokirasi ini penting karena akan mengoptimalkan seluruh elemen birokrasi pemerintahan baik untuk memperbaiki pelayanan publik maupun meningkatkan tata kerja yang efektif, efisien, profesional, transparan,dan akuntabel.
Dalam pandangan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Bapak Dr. Bahrul Hayat, inti reformasi birokrasi itu mencakup dua aspek. Pertama, mengubah seluruh mekanisme kerja agar menjadi lebih efektif, efisien, transparan, profesional dan akuntabel. Kedua, melakukan reformasi seluruh sumber daya yang dimilikinya, terutama sumber daya manusia (SDM). Yang pada praktiknya reformasi birokrasi di Kementerian Agama adalah dengan melakukan beberapa hal berikut :
Pertama, setiap insan di bawah naungan Kementerian Agama senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., dengan selalu beribadah dan beramal dengan ikhlash dan bertanggungjawab, baik kepada aturan hukum yang berlaku di dunia maupun pertangganggjawaban kepada Allah SWT. kelak di akhirat.
Kedua, meningkatkan kualitas akhlak yang mulia dengan selalu mengedepankan kualitas dan profesionalitas dari aparatur pemerintahan melalui kreasi-kreasi yang inovatif dan positif dalam pelayanan kepada ummat dan masyarakat.
Ketiga, setiap aparatur pemerintahan di Kementerian Agama senantiasa meningkatkan kualitas intelektual dan emosional sehingga dapat bekerja secara profesional, cepat, transparan, akuntabel dan humanis seiring dengan perkembangan pemikiran masyarakat yang semakin kritis.
Keempat, menumbuhkembangkan semangat pembaharuan untuk merespon dinamika permasalahan kehidupan masyarakat yang dinamis.
Kelima, setiap warga Kementerian Agama terus memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri dan keterampilan serta memacu kemajuan dari berbagai ketertinggalan sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam rangka pelayanan terhadap ummat dan masyarakat.
Di tambah dengan selalu mengaplikasikan kode etik Pegawai Kementerian Agama(KMA NO. 421 TH. 2001) yang lima yaitu 1.Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa;2.Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepadamasyarakat;3.Bekerja dengan jujur, adil dan Amanah; 4.Melaksanakan tugas dengan didiplin dan inovatif;5.Setia kawan, bertanggung jawab atas kesejahteraan korps.
Tentunya jika hal di atas dapat dilaksanakan, maka tujuan reformasi birokrasi yaitu membangun aparatur negara yang efektif dan efisien serta membebaskan aparatur negara dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan perbuatan tercela lainnya agar birokrasi pemerintah mampu menghasilkan dan memberikan pelayanan publik yang prima, akan terwujud. Wallahu A’lam.