Laman

Rabu, 10 Oktober 2018

LIKUIFAKSI

Likuifaksi

ChanelMuslim.com- Likuifaksi atau berubahnya tanah menjadi seperti cair sehingga menenggelamkan benda-benda di atasnya menjadi hal paling menarik di gempa Palu dan Donggala.

Menurut pantauan citra satelit, lebih dari 200 hektar tanah di Sigi Palu telah menenggelamkan apa pun di atasnya.

Fenomena menakutkan ini menarik karena inilah ancaman baru yang sulit diantisipasi.

Kalau gempa, orang paham harus bagaimana, antara lain menghindar berada dalam bangunan.

Begitu pun tsunami, tak ada cara lain kecuali mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Namun, bagaimana dengan ancaman likuifaksi? Sangat sulit menghindarinya, terlebih lagi mendeteksinya.

Yang lebih menakutkan lagi, jenis ancaman bencana ini tidak memberikan bekas keberadaan korban.

Kalau korban tsunami mungkin bisa dicari, dan begitu pun dengan korban gempa yang tertimbun reruntuhan.

Tapi likuifaksi, korban tertelan begitu saja ke dalam bumi berikut dengan benda-benda yang bersamanya seperti rumah, mobil, dan lainnya.

Alquran dan Hadis Menyebut Bencana Likuifaksi

Alquran dan Hadis menyebut likuifaksi, wallahu a’lam, dengan sebutan Al-Khasf.

Jenis bencana ini disebut Allah Ta'ala sebagai azab.

Yaitu, azab yang pernah timpakan terhadap Qarun, salah seorang keluarga besar Nabi Musa alaihissalam yang ingkar kepada Allah swt.

Allah mengisahkan peristiwa itu dalam Surah Al-Qashshash ayat 81.

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

"Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri."

Jadi, fenomena sejenis likuifaksi ini pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.

Dan Allah., menyebut itu sebagai azab untuk seorang bernama Qarun. Orang kaya sombong ini Allah tenggelamkan dalam tanah berserta seluruh kekayaan yang ia miliki.

Ummu Salamah pernah bertanya kepada Nabi saw., “Apakah bumi akan ditenggelamkan sementara di dalamnya ada orang-orang shalih?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika penduduknya sudah banyak melakukan kefasikan dan kekejian (Al-Khabats).” (HR. At-Thabrani) (Mh)

Senin, 08 Oktober 2018

Haram Berteman Dengan 5 Macam Manusia Ini



Ya Ahbabal Kirom,
SAYYIDINA Husein bin Ali pernah berwasiat kepada putranya, "Wahai anakku, perhatikanlah lima macam manusia ini. Lalu janganlah engkau berteman dengan mereka."
"Siapa mereka wahai ayahku, beritahukan kepadaku," tanya sang anak.
Pertama,
"Janganlah engkau berteman dengan pembohong karena ia seperti fatamorgana. Mendekatkan yang jauh darimu dan menjauhkan yang dekat."

Kedua,
"Janganlah engkau berteman dengan seorang fasiq (ahli maksiat). Karena ia bisa menjualmu dengan sesuap makanan, bahkan lebih sedikit dari itu."

Ketiga,
"Janganlah engkau berteman dengan seorang yang bakhil (kikir). Karena ia akan menjerumuskanmu dengan hartanya disaat engkau sangat membutuhkannya."

Keempat,
"Janganlah engkau berteman dengan orang dungu. Karena ia ingin memberi manfaat untukmu tapi malah menyusahkanmu."

Kelima,
"Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang memutus silaturahmi."

Ya Ahbabal Kirom,
Mari kita lebih berhati-hati untuk memilih teman, kawan, sahabat dan jangan lupa untuk mengingatkan kepada keluarga dan anak-anak kita. Karena kepribadian dan agama seseorang sangat bergantung dengan siapa ia berteman.

Ciri-Ciri Orang Ikhlas Dan Istikhlas

Ciri-Ciri Orang Ikhlas Dan Istikhlas

Ya Ahbabul Kirom,
Ikhlas merupakan rahasia Allah yg dilimpahkan kpd kekasih-Nya, sehingga tdk ada yg tau kecuali diri-Nya.

IKHLAS adalah bentuk ibadah yang hanya bisa dilakukan oleh hati dan tidak bisa terlihat. Ikhlas adalah perbuatan shaleh yang semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah dan bukan untuk mendapatkan pujian.

Ya Ahbabul Kirom,
Imam Syafi’i berkata: “Semua manusia mati kecuali mereka yang memiliki pengetahuan. Dan semua orang yang memiliki pengetahuan akan tertidur, kecuali mereka yang melakukan beramal shaleh. Dan mereka yang beramal shaleh akan ditipu, kecuali mereka yang ikhlas. Dan mereka yang ikhlas akan selalu merasa khawatir.”
Pamer (Riya) adalah salah satu tanda utama hilangnya keihkhlasan.

Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Yang paling kutakutkan untukmu adalah syirik kecil, yaitu ar-riya’. Allah akan mengatakan pada hari penghakiman ketika dia menghadiahi orang-orang untuk tindakan mereka: Pergi ke orang-orang yang kamu lakukan riya ‘untuk di dunia, kemudian lihat apakah kamu menemukan pahala dengan mereka.” (HR Ahmad)

Berikut ini beberapa ciri dari seorang Muslim yang ikhlas dan istikhlas, yaitu :
1.Menyempurnakan ibadahnya meskipun dalam keadaan sendiri.
Orang yang ikhlas beribadah kepada Allah secara pribadi akan sama dengan ibadah yang ia lakukan ketika di depan orang. Bahkan, ia beribadah lebih khusyu ketika sendirian sehingga ia melakukan yang terbaik untuk mendapatkan ridha Allah.

2.Tidak Suka Pujian Atau
Pencitraan.
Karena hubungannya kuat dengan Allah, dia takut dipuji, jangan sampai membuat Allah tidak senang atau jangan sampai dia menjadi sombong.

3.Mendengarkan Nasihat
Orang-orang yang ikhlas tidak pernah mengabaikan nasihat, tidak peduli siapa yang memberikan nasihat. Orang yang ikhlas akan mengambil setiap kesempatan untuk selalu mengoreksi dirinya, sebelum, saat beramal dan sesudah beramal.

4.Tidak berambisi menjadi pemimpin.
Kita akan selalu menemukan orang yang tulus tenang dan pendiam. Dia lebih suka dipilih, daripada dipilih, lebih suka dicalonkan daripada mencalonkan dirinya untuk posisi tertinggi. Karna jabatan adalah amanah yg akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.

5.Dia Selalu Mengingat Kelemahan-kelemahannya
Orang yang tulus selalu sibuk memikirkan bagaimana memperbaiki diri dan berhenti melakukan dosa. Dia selalu melihat kebaikan dalam diri orang lain dan selalu memberikan nasihat yang baik. Bahkan, dia selalu menganggap orang lain lebih baik daripada dirinya.
“Jika seseorang bijak, perhatiannya atas dosa-dosanya sendiri akan mengalihkan perhatiannya dari melihat kesalahan orang lain” (Imam Syafi’i).

6.Dia Lebih suka Memberikan Amal Secara Rahasia
Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Tujuh orang-orang yang akan mendapatkan perlindungan Allah  di hari kiamat ketika tidak akan ada lagi naungan selain naungan-Nya: Seorang penguasa yang adil, seorang pemuda yang rajin beibadah kepada Allah, seseorang yang hatinya melekat pada masjid, dua orang yang mencintai dan saling bertemu dan berangkat satu sama lain demi Allah, seorang pria yang digoda wanita cantik (untuk hubungan terlarang) tetapi dia (menolak tawaran ini dengan mengatakan): “Aku takut kepada Allah,” seseorang yang memberi sedekah dan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang beribadah Allah sendirian hingga meneteskan air mata.” (HR Al-Bukhari dan Muslim )

Menghibur Dan Terhibur Dengan Kebohongan, Bolehkah ?



Ya Ahbabal Kirom,
Secara moral kemanusiaan dan etika keagamaan, bohong itu perilaku paling keji, kunci kejahatan, dan dosa besar. Mudah disadari bila Nabi SAW menyebutnya sebagai cara paling terampil menjatuhkan harga diri dan mempermalukan diri sendiri. Itulah mengapa seseorang berbohong, di antaranya, karena kualitas jiwanya yang rendah, “Pembohong tidak berbohong kecuali karena rasa hina diri dalam dirinya” (Kanz Al-Ummāl, hadis no. 8231).
Nabi juga menambahkan, “Dan pangkal mengolok-olok adalah kepercayaan pada pembohong.”

Allah SWT Berfirman,
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka (orang munafik), mereka pasti mengatakan, ‘Kami hanya bergurau dan bermain-main.’ Katakanlah,’ Apakah kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kalian mengolok-olok?!’”
(QS. Al-Taubah [9]: 65)

Ayat ini terkait orang-orang munafik. Tetapi boleh jadi, sifat dan perilaku mereka juga ada pada diri orang beriman. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa salah satu tanda dan pintu menuju kemunafikan adalah berbohong.

Namun, dalam keadaan tertentu, kita kerap mentolelir cara-cara bohong. Terutama dalam bercanda, menyimak lawakan atau menonton komedi. Seperti dalam ayat di atas, orang munafik membela kemunafikannya dengan alasan bercanda dan main-main. Alasan ini juga bisa dibawakan orang beriman untuk membela kebohongannya dengan alasan bercanda.

Mempermalukan, sudi dipermalukan, senang melihat orang dipermalukan sama-sama terhina. Dalam keadaan canda, komedi dan berakting lucu, kita tidak menganggap penting unsur-unsur kebohongan yang disisipkan oleh kawan canda, pelawak dan comedian. Kita kerap mentolelir diri kita sendiri terhidur karena maksud kita sedari awal “asal senang saja” atau kita percaya bahwa dia tidak bermaksud buruk selain menghibur dan membuat kita tertawa bahagia. Kemungkinan besar akan lebih menyenangkan bila objek lucuan dan sasaran cemooh itu orang yang tidak kita sukai. Dalam ayat di atas, alasan asal senang dan menghibur juga diungkapkan: “Kami hanya bergurau dan bermain-main.”

Ya Ahbabal Kirom,
Apakah tujuan menghibur dan membahagiakan hati orang dapat membenarkan perilaku yang berbumbu bohong dan dusta?
Ada tiga orang yang dijamin Nabi Saw pantas mendapat surga:
1. Orang yang ramah dan berbudi mulia.
2. Orang yang meninggalkan perdebatan, sekalipun dia di pihak yang benar.
3. Orang yang menjaga diri dari berbohong, walaupun sekedar bercanda (Kanz al-Ummāl, hadis no. 8217).

Dalam salah satu doa kecamannya, Nabi SAW bersabda, “Celakalah orang yang berbicara lalu berbohong hanya untuk membuat orang-orang tertawa! Celakalah dia! Celakalah dia!” (Ibid., hadis no. 8215).

Kalau saja humor bercampur bohong itu dikecam, berceramah agama dengan humor bercampur bohong tentu saja lebih terkutuk lagi. Yang semestinya tampil sebagai penerus lidah Nabi, penceramah malah menyampaikan ajaran beliau dengan cara-cara yang merusak ajaran beliau sendiri. Amat disesalkan bila forum agama dijadikan suasana saling fitnah, saling gibah, saling mencela,   lucu-lucuan dan didatangi masyarakat untuk mendapat hiburan dan menghilangkan sumpek, tidak lagi dengan kesadaran mendapat ilmu, kekusyukan, ketundukan hati, dan petunjuk hidup lebih baik.

Bercanda ada etikanya. Selain menghindari cara-cara memperolok orang lain, tidak mempermainkan kehormatan, tidak pula menyinggung harga diri orang lain, melucu dan berkomedi tetap konsisten tidak berkata-kata kotor, tak senonoh, dan kasar, tidak juga coba-coba menjurus penghinaan simbol-simbol sakral, tidak mempermainkan fakta hingga mengada-ada dan berdusta di ruang publik.

Nabi SAW ditanya, “Apakah perbuatan yang paling utama?” Ia bersabda, “Membuat orang beriman bahagia, membuatnya kenyang, menutupi aibnya, dan memenuhi kebutuhannya.” (Al-Albani, Shahīh Al-Targhīb wa al-Tarhīb, jld. 1, hlm. 231).

“Aku bercanda, hanya aku tidak mengatakan kecuali yg haq atau kebenaran.”
Baginda Nabi SAW
Nabi sendiri juga menghibur dan bercanda saat menjumpai sahabat dalam keadaan murung dan sumpek (Nuri, Mustadrak al-Wasā’il, jld. 1, hlm. 408). Beliau bersabda, “Aku bercanda, hanya aku tidak mengatakan kecuali kebenaran” (Al-Tabarsi, Makārim al-Akhlāq, hlm. 21
Wallahu'alam