Oleh : Saeful Malik, S.Ag, MBA*
Ada dua tema yang biasa dikemukakan dalam memperingati
mawlid ataupun mawlud Nabi Muhammad SAW, pertama: Wa maa Arsalnaaka illa
Rahmatan lil ‘alamiin (Q.S. Al Anbiya : 7), artinya: “tidaklah Kami mengutusmu
(hai Muhammad) melainkan untuk rahmat semesta alam”. Kedua: Laqad Kaana Lakum
fii Rasuulillaahi uswatun hasanah (Q.S. Al Ahzab : 21), artinya: “Sesungguhnya
pada rasul Allah ada panutan yang baik bagimu”.
Tema yang
pertama biasanya menerangkan tentang tujuan Rasulullah SAW. diutus ke muka bumi
ini dan menunjukkan bahwa Risalah yang
diemban oleh Rasulullah SAW. merupakan risalah yang mutlak kebenarannya karena
berasal dan selalu dibimbing oleh Allah SWT. yang tidak hanya berlaku bagi
kehidupan manusia, akan tetapi untuk seluruh alam termasuk binatang, tumbuhan
dan makhluk-makhluk lain yang ada di alam dunia ini. Sedangkan tema yang kedua
biasanya untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
merupakan sample of the rule, merupakan contoh seharusnya hidup manusia.
Dalam tataran praktisnya jika kedua tema
tersebut disatukan, maka kita akan mendapatkan bahwa sosok Rasulullah SAW. dan
apa yang dilakukannya merupakan pengukuhan bahwa Rasulullah SAW. adalah seorang
Insan Kamil, manusia paling sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dari
pengakuan-pengakuan para meneliti sejarah di dunia, seperti penyusun The
Encyclopedia of Britanica menjelaskan tentang Rasulullah SAW. sebagai berikut, “Muhammad is the most successful of all Prophets and
religious personalities”. The personality of Muhammad! It is most difficult to get into the truth of
it. Only a glimpse of it I can catch. What a dramatic succession of picturesque scenes.
There is Muhammad the Prophet, there is Muhammad the General; Muhammad the
King; Muhammad the Warrior; Muhammad the Businessman; Muhammad the Preacher; Muhammad
the Philosopher; Muhammad the Statesman; Muhammad the Orator; Muhammad the
Reformer; Muhammad the Refuge of Orphans; Muhammad the Protector of Slaves; Muhammad the Emancipator of Woman; Muhammad
the Law-Giver; Muhammad the Judge dan Muhammad the Saint.”
Diperkuat oleh pernyataan-pernyataan
dari Muhammad Iqbal, Thomas Carley, Arnold Toynbee, Will Durant da Michael Hart
yang menuliskan pujian yang sangat agung. Bahkan M. Hart meletakkan Nabi
Muhammad Saw sebagai tokoh nomor satu di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Will Durant menganggap
Nabi Muhammad Saw sebagai pribadi yang lengkap, karena beliau adalah seorang sosiolog, psikolog,
politisi, agamawan juga seorang pemimpin besar. Asghar Ali Enginger juga
menegaskan bahwa Rasulullah
SAW. merupakan sosok pemimpin yang sangat rendah hati, tapi berhati luhur dan berotak luar biasa
cerdas. Dan meminjam istilah Antonio Gramsci dan Ali Syari’ati beliau adalah
sosok intelektual organic dan rausyan fikr yang ideal. Karena dalam perjalanan hidupnya, beliau berhasil menyatukan idealisme intelektual
dan aktivisme sosial sebagai pemandu perjuangan dan visi gerakan langkahnya
dalam menjalani kehidupan ini.
Sungguh sebuah apresiasi yang luar
biasa, yang harus disyukuri dan diteladani oleh kita selaku ummatnya. Yang jadi
pertanyaannya adalah bagaimana kita meneladani kesempurnaan Rasulullah SAW.
tersebut ? ingin rasanya penulis paparkan satu persatu keistimewaan Rasulullah
SAW. yang harus menjadi teladan kita semua, hanya saja dengan berbagai
keterbatasan yang ada, pada tulisan ini penulis mencoba memfokuskan hanya pada pola
atau karakteristik kepemimpinan Rasulullah SAW. saja, dengan harapan dapat
dijadikan tauladan yang baik oleh para pemimpin sekarang dan juga oleh kita
para calon pemimpin masa datang.
1.
Rasulullah SAW. Pemimpin Aspiratif dan Partisipatif
Termaktub dalam sejarah, setelah Rasulullah SAW.
hijrah ke Madinah dibentuklah Negara Islam Madinah, yang rakyatnya terdiri atas
orang-orang Islam, orang-orang Arab yang bukan Islam dan orang-orang Yahudi
yang tinggal di benteng-benteng. Tatkala Rasulullah SAW. menerima informasi
bahwa tentara Makkah sudah siap untuk menyerbu Madinah guna membalas kekalahan
mereka dalam Perang Badar, maka beliau sebagai Kepala Negara dan Panglima
Perang mengumpulkan penduduk Madinah untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah itu
Rasulullah SAW. mengeluarkan tawaran bagaimana kalau bertahan dalam kota saja.
Sesudah itu beliau memberi kesempatan kepada penduduk Madinah untuk lobying
antara satu dengan yang lain.
Hasilnya ialah pada umumnya penduduk Madinah tidak
sependapat dengan gagasan Rasulullah SAW. Dengan Hamzah sebagai juru bicara
dikemukakanlah alasan mengapa mereka tidak sependapat. Kota Madinah tidak
terlindung seluruhnya untuk menghadapi serangan frontal. Memang ada benteng
Yahudi dan jajaran pohon-pohon kurma sebagai benteng alam terhadap pasukan
berkuda, akan tetapi ada pula bagian/lini yang terbuka. Akhirnya diputuskanlah
bahwa pasukan Quraisy dari Makkah harus dihadang di luar kota dengan posisi
bukit Uhud sebagai benteng alam yang melindungi pasukan Madinah dari belakang.
Tawaran Rasulullah SAW. untuk bertahan dalam kota
bersifat memancing. Rakyat Madinah yang dilibatkan dalam proses musyawarah
pengambilan keputusan itu merasa bahwa keputusan bertahan di luar kota itu
adalah dari gagasan mereka sendiri. Walhasil timbullah partisipasi mereka dalam
pelaksanaan dan pengamanan keputusan yang telah diputuskan itu. Itulah corak
kepemimpinan yang partisipatif dari Rasulullah SAW.
2.
Rasulullah SAW. Pemimpin Yang Bijaksana dan Memiliki
Visi
Perjanjian Hudaibiyah yang diadakan di
antara umat Islam Madinah dengan kaum Quraisy Mekah merupakan satu lagi bukti
yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW.
adalah pemimpin yang sangat bijaksana. Tak ada satupun yang menyangkalnya
termasuk Sayyidina Umar sendiri, bahwa perjanjian Hudaibiyah yang dianggap
kontroversi itu telah memberikan ketegasan pada kaum Quraisy dalam semua
bidang. Sebagai buktinya, setelah perjanjian Hudaibiyah, tiga pahlawan unggulan
Quraisy yaitu Khalid bin Walid, Amr bin Ash, dan Osman bin Talba memeluk Islam,
umat Islam bertambah sebanyak lebih dari lima kali lipat hanya dalam kurun dua
tahun saja. Serta runtuhnya kekuasaan Mekkah tanpa pertumpahan darah dua tahun
kemudian. Jelaslah sudah bahwa Nabi Muhammad SAW.
membuktikan kebijaksanaannya dan memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dalam dunia percaturuan politik tanah Arab.
3. Rasulullah
SAW. Pemimpin Yang Adil dan Amanah
Nabi Muhammad SAW. meletakkan aqidah, syariat dan akhlak yang mulia sebagai asas
kepemimpinannya. Beliau dan sahabatnya menetapkan aturan tertentu semasa perang seperti: tidak memerangi orang
lemah, orang tua dan anak-anak serta wanita, tidak memusnahkan harta benda. Beliau juga mengaplikasikan sifat
amanah dalam melaksanakan perintah Allah dan juga seluruh umat Islam dalam
memimpin. Nabi Muhammad SAW bersifat adil terhadap harta rampasan perang, yaitu
dengan membaginya secara rata pada tentara yang turut dalam peperangan dan
tidak mengejar musuh yang sudah lari dari medan peperangan. Nabi Muhammad SAW
adalah panglima tentara dan ahli strategi. Dengan ilmu dan pengalaman yang
luas, beliau berhasil membawa kejayaan kepada tentara Islam.
Itulah
sedikit gambaran mengenai karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad Rasulillah
SAW. yang telah terbukti dan diakui dunia sebagai pemimpin yang mampu
menciptakan pemerintahan yang bersih yang berwujud negara Islamy yang ideal.
Hikmahnya, jika semua pemimpin kita memiliki karakteristik seperti yang telah
dicontohkan Rasulullah SAW. tersebut, tidak mustahil negara Indonesia yang kita
cintai ini akan menjadi negara “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur”, gemah
ripah repeh rapih yang menjadi harapan dari kita semua, semoga. Wallahu A’lam.
*) Penulis adalah Sekretaris POKJALUH
Kabupaten Cirebon