Siapa Orang Gila Itu Menurut Agama ?
Ya Ahbabul Kirom,
Menurut pakar psikologi : "Secara kognitif bahwa yg dikatagorikan orang gila adalah tidak mungkin melakukan perencanaan dan tindakan yg terukur dalam tiap tindakannya. Dikarenakan urat saraf otaknya ada yang terputus, maka orang gila akan mengalami gangguan otak yg permanen dlm tindakannya."
Meski demikian, terminologi kata gila memang bisa ditinjau dari berbagai dimensi sudut padang epistemologi. Ada beberapa dimensi kata gori kegilaan.
1. Pertama gila kognitif, adalah adanya gangguan saraf pada otak yang menjadikan seseorang mengalami semacam gangguan jiwa. Dalam bahasa inggris gila dalam arti gangguan jiwa biasa disebut insanity atau madness.
Inilah awal dari istilah gila yang sebenarnya, dimana orang itu tidak lagi memiliki rasa malu, takut, sedih atau perasaan yang lainnya. Bisanya orang gila model ini mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan, kadang tertawa sendiri, bahkan tak jarang mereka tak berbusana. Gila dalam perspektif ini adalah semacam pola pikir dan perilaku yang abnormal.
Namun demikian, istilah gila ini mengalami semacam perluasan makna, baik positif maupun negatif. Kata Kegilaan selain digunakan untuk menunjukkan manusia tidak waras, sinting, gendeng, edan, sableng, majnun dan gelo , juga dipakai untuk menujukkan perilaku yang diluar kebiasaan orang lain atau out of the box.
2. Kedua, gila dalam frase seperti ide gila, gila baca, karya gila dan semacamnya justru seringkali menjadi positif. Frase gila bola, gila mancing, gila harta, gila kekuasaan, gila perempuan, dan gila makan.
3. Gila dalam sistem politik demokerasi.
Dimana bisa menjadikan manusia gila harta, gila kekuasaan dan gila jabatan, gila hormat, gila pujian dan seterusnya. Telah banyak kejadian ini di negara barat. Menuhankan demokerasi yang berujung jepada rusaknya peradaban karena hegemoni nafsu duniawi. Demokerasi liberal dan sekuler di barat adalah contoh sempurna akan rusaknya kehidupan akibat disorientasi manusia. Peradaban barat melihat kebahagiaan hidup hanya sebatas duniawi yang ditandai oleh kepemilikan harta, kekuasaan dan kebebasan seks.
Namun ada yang menarik dari sabda Rasulullah tentang orang yang sesungguhnya gila.
Syaikh Abdullah Al Ghazali dalam Risalah tafsir menyampaikan sebuah riwayat hadist sebagai berikut :
"Pada suatu hari Rasulullah berjalan melewati sekelompok sahabat yang sedang berkerumun. Lalu beliau bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian berkumpul disini ?”. Para sahabat menjawan,” Ya Rasulullah, ada orang gila sedang mengamuk. Oleh sebab itulah kami berkumpul disini”.
Rasulullah lalu bersabda,” Sesungguhnya orang itu tidaklah gila [al majnun], namun orang ini hanya sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang yang sebenar-benarnya disebuat gila [al majnuun haqqul majnuun]. “Tidak ya Rasulullah, hanya Allah dan Rasulnya yang mengetahui”, jawab para sahabat.
Rasulullah menjawab, “ Orang gila yang sesungguhnya adalah
Orang yang berjalan dengan penuh kesombongan,
Orang yang membusungkan dadanya,
Orang yang memandang rendah kepada orang lain,
Orang ini berharap utk mendapat rahmat dari Tuhan akan memberikan surga, padahal ia selalu berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.
Selain itu orang-orang yang ada disekitarnya, tidak pernah merasa aman dari kelakuan buruknya.
Dan disisi yang lain, orang juga tidak pernah berharap pada perbuatan baiknya.
Nah orang seperti itulah yang disebut sebagai "ORANG GILA YG SEBENAR-BENARNYA GILA." Sementara orang yang kalian tonton adalah orang yang sedang mendapat musibah”.
Kesombongan dan kemaksiatan adalah gila yang sebenarnya menurut Rasulullah. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. maksiat adalah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Wallahu'alam.
Ya Ahbabul Kirom,
Menurut pakar psikologi : "Secara kognitif bahwa yg dikatagorikan orang gila adalah tidak mungkin melakukan perencanaan dan tindakan yg terukur dalam tiap tindakannya. Dikarenakan urat saraf otaknya ada yang terputus, maka orang gila akan mengalami gangguan otak yg permanen dlm tindakannya."
Meski demikian, terminologi kata gila memang bisa ditinjau dari berbagai dimensi sudut padang epistemologi. Ada beberapa dimensi kata gori kegilaan.
1. Pertama gila kognitif, adalah adanya gangguan saraf pada otak yang menjadikan seseorang mengalami semacam gangguan jiwa. Dalam bahasa inggris gila dalam arti gangguan jiwa biasa disebut insanity atau madness.
Inilah awal dari istilah gila yang sebenarnya, dimana orang itu tidak lagi memiliki rasa malu, takut, sedih atau perasaan yang lainnya. Bisanya orang gila model ini mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan, kadang tertawa sendiri, bahkan tak jarang mereka tak berbusana. Gila dalam perspektif ini adalah semacam pola pikir dan perilaku yang abnormal.
Namun demikian, istilah gila ini mengalami semacam perluasan makna, baik positif maupun negatif. Kata Kegilaan selain digunakan untuk menunjukkan manusia tidak waras, sinting, gendeng, edan, sableng, majnun dan gelo , juga dipakai untuk menujukkan perilaku yang diluar kebiasaan orang lain atau out of the box.
2. Kedua, gila dalam frase seperti ide gila, gila baca, karya gila dan semacamnya justru seringkali menjadi positif. Frase gila bola, gila mancing, gila harta, gila kekuasaan, gila perempuan, dan gila makan.
3. Gila dalam sistem politik demokerasi.
Dimana bisa menjadikan manusia gila harta, gila kekuasaan dan gila jabatan, gila hormat, gila pujian dan seterusnya. Telah banyak kejadian ini di negara barat. Menuhankan demokerasi yang berujung jepada rusaknya peradaban karena hegemoni nafsu duniawi. Demokerasi liberal dan sekuler di barat adalah contoh sempurna akan rusaknya kehidupan akibat disorientasi manusia. Peradaban barat melihat kebahagiaan hidup hanya sebatas duniawi yang ditandai oleh kepemilikan harta, kekuasaan dan kebebasan seks.
Namun ada yang menarik dari sabda Rasulullah tentang orang yang sesungguhnya gila.
Syaikh Abdullah Al Ghazali dalam Risalah tafsir menyampaikan sebuah riwayat hadist sebagai berikut :
"Pada suatu hari Rasulullah berjalan melewati sekelompok sahabat yang sedang berkerumun. Lalu beliau bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian berkumpul disini ?”. Para sahabat menjawan,” Ya Rasulullah, ada orang gila sedang mengamuk. Oleh sebab itulah kami berkumpul disini”.
Rasulullah lalu bersabda,” Sesungguhnya orang itu tidaklah gila [al majnun], namun orang ini hanya sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang yang sebenar-benarnya disebuat gila [al majnuun haqqul majnuun]. “Tidak ya Rasulullah, hanya Allah dan Rasulnya yang mengetahui”, jawab para sahabat.
Rasulullah menjawab, “ Orang gila yang sesungguhnya adalah
Orang yang berjalan dengan penuh kesombongan,
Orang yang membusungkan dadanya,
Orang yang memandang rendah kepada orang lain,
Orang ini berharap utk mendapat rahmat dari Tuhan akan memberikan surga, padahal ia selalu berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.
Selain itu orang-orang yang ada disekitarnya, tidak pernah merasa aman dari kelakuan buruknya.
Dan disisi yang lain, orang juga tidak pernah berharap pada perbuatan baiknya.
Nah orang seperti itulah yang disebut sebagai "ORANG GILA YG SEBENAR-BENARNYA GILA." Sementara orang yang kalian tonton adalah orang yang sedang mendapat musibah”.
Kesombongan dan kemaksiatan adalah gila yang sebenarnya menurut Rasulullah. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. maksiat adalah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Wallahu'alam.