Laman

Minggu, 12 Juni 2011

Ku Hanya Rakyat

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi cuma ingin kita lebih peduli kepada rakyat,
bukan hanya kerabat dan teman dekat,
sehingga banyak hutang harus dibabat,
hanya untuk kepentingan teman sejawat ... (atau juga para pejabat ?!)
sehingga ... saat panas bumi semakin meningkat
dan PBB menghujat
Dua Ratus Juta kepala rakyat terkena pukat.

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi cuma ingin kita lebih ingat
bahwa apa yang kita perbuat ....
selalu dicatat malaikat ...
sehingga janganlah ada muslihat ...
apalagi sampai memperalat rakyat ...
hanya untuk meraih pangkat ...
juga impian menjadi konglomerat ...
yang banyak mengumpulkan berlian berkarat ...
biar dapat hidup sepanjang hayat...
demenggusur tanah rakyat ...

Saya bukan WAKIL RAKYAT
tapi juga ingin urun dan unjuk pendapat
jika kalian ingin tetap dihormat,
didunia dan akhirat ...
janganlah terlanjur mengumbar syahwat ...
(atau apakah kalian sudah bosan soto babat
dan juga sudah ingin dikerubungi lalat ... ?
sehingga makin besarlah si Otong dan si Amat,
yang mengaku lebih DEMOKRAT,
cuma karena yang ada sudah dianggap berkarat,
oleh rakyat yang semakin pandai menghujat,
semua perbuatan yang dianggap laknat ...
dari korupsi, kolusi, nepotisme sampai
birokrasi yang sengaja dibuat lambat,
Apalagi saat hidup makin berat ...
dan kepala makin penat memikirkan UMR yang tak kunjung meningkat...
juga melihat tingkah pejabat ...
yang tak beda dengan penjahat ....)

Sekali lagi ...
Saya bukanlah WAKIL RAKYAT
tapi ingin juga memekik, meneriakkan HAKIKAT,
meski dengan suara tersendat,
"HIDUP RAKYAT !"
dan "HIDUP SEMUA ORANG YANG PEDULI PADA RAKYAT !"
karena percayalah ... meski mungkin kita harus melarat,
semua yang kita perbuat akan tetap dicatat,
meski mungkin hanya bisa dilihat...
setelah kita masuk liang lahat ...
atau setelah dunia kelak KIAMAT...
Dan ... bersyukurlah orang-orang yang selamat,
karena tak pernah lupa dan selalu ingat ...
pada TUHAN YANG MAHA KUAT ...
dengan selalu mengerjakan SHALAT ...
Dan mereka juga ingat ...
bahwa harta, keluarga, sanak kerabat dan juga derajat
hanyalah sebuah amanat
yang harus dipegang semua umat

My Birthday My Wishday

Ya Tuhanku
Hari ini Kau terbitkan aku
Ke Marcapada jagat raya yang penuh
sesak dengan rasa ragu

Kemarin Kau ciptakan aku
Dari gumpalan tanah dan batu-batu
Kau bentuk segumpal darah menjadi kalbu
Kau simpan yakin dan ragu

Kuucapkan puji pada-Mu
Tuhan Yang Maha Satu
Anugrahkan sayang dan rindu
lewat antara ayah dan ibu

Kau besarkan aku dengan cinta
Asuh penuh sayang dan cita
Suci jiwa hilangkan dosa
Ajari dengan ibrah bijaksana tepiskan siksa

Ya Tuhanku
segala puji bagi-Mu
Kau percayakan ruh dan sukma
Selikur orang menghitung
Kupanjatkan harap
Kumohonkan do'a

Biarlah cinta kau tebarkan
Tersiram air-air sukma
Tumbuh buah mekarlah bunga
Bentuk ladang wujudkan taman

Biarlah surya terus bersinar
jangan Kau akhiri dengan senja
Biarlah kuhirup angin semilir
Berhias diri dengan harum bunga-bunga


Ya Tuhanku
Dzat Yang Maha Tahu
Sukma berakar kalbu
Kosong tanpa isi sesuatu
Penuhilah dengan sayang dan rindu
Disiram Dewi dengan air bunga tujuh

Tuhanku
Dibalik sendiri ku punya asa
Air mengalir air, angin berhembus angin
Rindu dibuai rindu, cinta berbuah cinta


Cicadas, 8 Maret 1998

Bukan Fatamorgana

Tak kubawa kilauan berlian
Tak kupunya pancaran kuning sinar emas
Tiada gemerincing lonceng-lonceng perak
Tak kugenggam cincin-cincin bermata intan

Tak kuucapkan gunung kusulap berubah emas
Atau lautan jadi susu, begitupun sungai-sungai
Tak kujanjikan indahnya taman surgawi
Semerbak harum bunga-bunga kertas

Tak kutampakkan fatamorgana
Padang pasir berubah hijau nan ceria
Atau bulan berwujud surya
Atau bintang-bintang turun ke dunia

Ku tak punya semua itu, juga tak mampu
Ada hanya cinta dalam kalbu
Bermekaran bunga-bunga biru
Persembahan untukmu

Kupunya hanya seonggok rindu
Yang pasti berbuah madu
Obat lidahmu getir dan pilu
Dihari sepi penglipur haru

Kutanamkan buah sayang
Bermekaran berwarna nan cemerlang
Penghapus air mata kala berlinang
Rubah gundah menjadi senang

Aku pun punya harap
Digenggam bersama besar dan mantap
Kita biarkan sinar sang surya
Tak tersibakkan kelabunya senja

Sajak Cinta


Rupa apakah kau ini ?
ah, kau, selalu mengelilingiku
Mengusap wajah dan memijat pundakku

aku pun dikejar cinta
tapi ku berlari tuk mengejar cinta
yang juga berlari mengejar cinta

Ah, cinta ...
Apa pula kau ini ?

ku ditarik cinta
tapi kuberkelit menarik cinta
yang juga berkelit menarik cinta


cinta ... cinta ...
oh, kau rupanya

aku diraba cinta
lalu kuraba lagi cinta
yang juga meraba cinta

Cinta ...
ah kau ini,
aku tak tahu !?!