Laman

Senin, 13 November 2017

BANGUNAN ISLAM YANG LUAS




Oleh : Saeful Malik, S.Ag, MBA, M.Pd.I*


Islam sebagai suatu agama dapat dipandang luas ataupun sempit. Orang akan memiliki pandangan yang luas atau sempit tentang Islam tergantung dari pengetahuan dan persfektif yang digunakannya. Prof. Dr. H. Adang Jumhur, M.Ag, pernah menganalogikan bahwa Islam bagaikan sebuah bangunan atau sebuah rumah. Dimana rata-rata rumah memiliki beberapa ruang ; ada ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang kamar tidur, ruang dapur serta ruang kamar mandi dan WC.  Bila ada rumah yang tidak ada ruang tamunya, atau tidak ada kamar mandi dan WC-nya, tentu akan dianggap tidak lengkap dan dirasakan tidak nyaman.
Bangunan Islam juga terdiri atas beberapa ruang. Ada ruang aqidah atau kalam, ruang muamalat, ruang akhlak, ruang tashawuf, dan ada ruang fiqh atau hukum. Di dalamnya, juga ada ruang NU, ruang Muhammadiyah, Persis, PUI, MUI, FPI, dan lain-lain. Sebagaimana layaknya sebuah rumah, bangunan Islam dapat dianggap tidak Iengkap bila tidak ada ajaran aqidah atau akhlaknya; dan akan dirasakan tidak menarik bila rumah Islam tidak ada NU atau Muhammadiyahnya.
Ketika seseorang memasuki sebuah rumah, ia akan melihat banyak hal dalam bangunan itu, tergantung ruang mana yang dimasukinya. Ketika berada di ruang tamu, maka yang akan terlihat adalah fasilitas yang ada di ruang itu, seperti kursi dan meja tamu serta beberapa hiasan aksesoris yang ada di sana. Ketika di ruang tengah pasti yang terlihat akan Iebih banyak lagi, demikian seterusnya ketika memasuki ruang-ruang lain yang ada dalam bangunan itu, maka yang terlihat adalah benda-benda yang ada pada masing-masing ruang tersebut. Sangatlah beruntung bila ada orang berkesempatan melihat seluruh ruangannya, dan bisa tinggal lama di setiap ruangannya, sebab ia akan melihat dan memahami hampir seluruh benda yang ada dalam bangunan itu. Orang itu boleh jadi akan menyatakan bahwa bangunan itu sangat luas, dan banyak hal di dalamnya. Tentu akan berbeda kesan dan komentarnya, dengan orang yang hanya masuk dan berada di ruang tamu saja, atau yang masuk kamar tidur saja. Orang ini hanya bisa menyebut beberapa benda yang ada di dua ruang itu, yang luas pandangan dan jumlah benda yang dilihatnya terbatas beberapa jenis saja.
Orang bisa berbicara tentang Islam seluas atau sesempit pengetahuannya, tergantung seberapa banyak ruang Islam yang dimasukinya, bidang  keislaman  yang dipelajarinya, dan seberapa lama berada di masing-masing  ruang  dan  bidang kajiannya itu. Ketika orang masuk wilayah kajian fiqh, maka yang nampak itu adalah kitab-kitab dan masalah­-masalah fiqh. Sehingga, apa pun akan dilihat dari perspektif fiqh. Akhirnya, mungkin saja orang itu akan berkata bahwa Islam itu tak lain adalah fiqh. Substansi Islam yang paling penting adalah fiqh. Maka, pelajarilah fiqh, sebab fiqhlah yang akan menjadi jalan keselamatan manusia di dunia dan di akhirat. Orang yang masuk bidang aqidah dan tashawuf, tentu akan Iebih banyak bertemu dengan kitab-kitab dan guru-guru tashawuf. la pun akan menyatakan bahwa subtansi Islam itu adalah tashawuf. Tashawuflah yang akan mengantarkan manusia pada kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, bahkan mengantarkan pada puncak kebahagiaan yang sejati. Begitulah seterusnya dengan orang yang masuk pada bidang-bidang Islam lainnya.
Orang yang sejak lahir hidup dan dibesarkan di lingkungan NU misalnya, tentu yang terlihat adalah Islam NU. Kitab dan buku-buku yang dibacanya hanyalah kitab dan buku-buku NU. la pun memperoleh pelajaran dari guru-guru dan para kiayi NU. Maka, tata cara beribadah, ritual dan aktivitas keagamaannya sesuai dengan tradisi yang hidup dan berkembang di lingkungan jamaah NU. Wajarlah bila kemudian orang itu berpandangan bahwa NU adalah Islam, dan Islam adalah NU. Wajar pula jika kemudian ia berkeyakinan bahwa Islam yang benar adalah Islam NU, bahwa NU-Iah satu-satunya jalan keselamatan, maka ia pun berani mati untuk membelanya_
Demikian pulalah sikap orang yang lahir dan dibesarkan dalam tradisi Muhammadiyah dan Persis. Islam menurut mereka adalah Muhammadiyah dan Persis. ltulah lslam yang benar, dan itulah satu-satunya jalan keselamatan. Maka, pantaslah bila mereka berseru: "masuklah Muhammadiyah", kata si Muhammadiyah; dan kata si Persis, "masuklah Persis. Janganlah keluar darinya. Maka, pantas pula bila kemudian mereka pun melakukan sosialisasi, merekrut anggota dan melakukan pembinaan, bahkan rela berkorban untuk membela dan mempertahankan aqidah dan eksistensi organisasinya itu. Demikian seterusnya dengan orang yang ada pada organisasi keagamaan Islam lainnya.
Persoalannya sekarang, betulkah bahwa Islam itu adalah fiqh? Islam itu adalah akhlak dan tashawuf? Benarkah bahwa Islam itu adalah NU. Islam itu adalah Muhammadiyah dan Persis, atau ormas keagamaan lainnya? Tentu Anda akan menjawab, bahwa Islam tidaklah identik atau sama sebangun dengan fiqh dan akhlak tashawuf, atau bidang kajian Islam lainnya. Islam pasti diyakini lebih luas dari sekedar masing-masing bidang itu. Islam terdiri atas berbagai­ aspek, di antaranya adalah fiqh dan akhlak tashawuf.
Pertanyaan berikutnya, benarkah Islam itu sama dengan NU, Muhammadiyah, Persis atau ormas islam lainnya? Tentu Anda pun akan menjawab, bahwa Islam tidak identik dengan NU atau Muhammadiyah. Islam lebih luas dari sekedar NU, Muhammadiyah, dan Persis. Islam terdiri atas NU, Muhammadiyah, Persis, PUI, Matla'ul Anwar, MUI, FUI dan sebagainya. Betul, bahwa semua ormas itu adalah Islam, tapi bukan sebaliknya. Islam tidaklah identik dengan ormas. Islam bukanlah hanya NU, Muhammadiyah, Persis dan seterusnya itu. Maka, seseorang tetap disebut Islam atau Muslim ketika ia masuk atau tidak masuk NU, Muhammadiyah dan Persis, atau yang lainnya. Orang pun bisa masuk Islam melalui atau tidak melalui pintu NU, Muhammadiyah, atau lainnya. Orang pun boleh berada atau tidak berada di dalamnya, baik sebentar atau berlama-lama, boleh masuk dan boleh keluar, tanpa harus merasa berdosa atau bersalah, apalagi menyalahkan orang lain.
Yang ingin dikatakan dalam tulisan ini adalah bahwa Islam itu sangatlah luas. Jangan direduksi menjadi bidang-bidang kajian tertentu saja. Islam itu luas, maka janganlah dipersempit menjadi organisasi keagamaan tertentu saja. Tulisan ini juga ingin mengatakan bahwa, tidak ada yang mutlak “benar” sesuatu yang difahami seseorang, karena bisa jadi seseorang tersebut baru memahami hanya satu bidang atau satu ruangan dari bangunan Islam yang luas, sehingga masih ada “kemungkinan benar” tentang Islam jika dilihat pada persfektif ruang yang lain.
Islam itu luas, janganlah dipersempit dengan pamahaman Islam seseorang atau sejumlah orang saja. Janganlah pemahaman seseorang atau sejumlah orang tentang Islam divonis sama sebangun dengan Islam yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Sekali lagi, bahwa pemahaman orang atau sejumlah orang tentang Islam hanyalah salah satu kemungkinan benar tentang Islam yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya.
Islam yang luas adalah Islam yang meliputi bidang ibadah dan muamalah, bidang aqidah dan syariah, bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Islam yang luas adalah Islam yang meliputi ajarannya, sumber-sumber ajarannya, penganutnya, organisasinya, sejarahnya, pemahaman umatnya, dan seterusnya. Islam yang luas adalah Islam yang meliputi NU, Muhammadiyah, Persis, PUI, Matla'ul Anwar, dan sebagainya. Islam yang luas adalah Islam yang pelangi dan warna warni, yang mengakomodasi semua nilai benar, segala kebajikan, keadilan, kemaslahatan, kebersamaan, keselamatan, kedamaian, kepatuhan dan ketundukkan pada Ilahy. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar